Opini

Pemilu Belanda, Kontroversi Geert Wilders dan Islam

Jelang Pemilu Belanda Maret 2021, dunia tentu tidak lupa dengan sosok politisi yang sangat populer dan dinilai kontroversial. Sosok Geert Wilders, adalah politisi Belanda yang cukup populer di dunia.

Ia dinilai kontroversi karena sikapnya yang cenderung kontroversi dan membawa isu rasis.

Geert Wilders, pernah membuat heboh dunia karena kasus karikatur Nabi. Bahkan, ia membuat pernyataan yang membuat dunia Islam bereaksi keras yaitu menyamakan Islam dengan Nazism.

Kontroversi terbarunya. Akhir Oktober 2020 lalu Geert Wilders memposting kartun di akun Twitternya. Kartun gambar Erdogan, dengan gambar bom di kepalanya. Sambil menuliskan “Terrorist”. Itulah sosok Wilders, beberapa pihak mengecam dan menilai Wilders sosok politisi yang keterlaluan.

Posisi Wilders

Dua bulan lagi. Belanda akan melaksanakan pemilu. Tepatnya 17 Maret 2021 untuk memilih anggota parlemen. 150 kursi akan diperebutkan oleh banyak partai di Belanda. Belanda menganut sistem multi partai, sebagaimana politik di Indonesesia.

Dimana posisi Wilders pada Pemilu Belanda Maret 2021?.

Dalam peta politik Belanda. Partainya Wilders cukup popular. Menjadi nomor 2 setelah VVD. Partainya Wilders adalah The Freedom Party Biasa disebut PVV, Partij voor de Vrijheid mendapatkan 20 kursi parlemen, pada pemilu 2017.

Baca juga :   Perjalanan Islam Menuju Pribumisasi dan Kondisi Jiwa Umat Manusia dalam Tantangan Modern

Masihkan Wilders dan partainya cenderung memilih isu rasis?. Nampaknya Wilders masih seperti dulu. Wilders tetap menjadi sosok politisi kontroversi dengan sentimen rasis yaitu anti Islam.

Anti Islam

Wilders dan PVV nya tetap sama. mengusung kampanye dengan sikap anti Islam. Hal ini bisa dilihat program-programnya. Atau manifesto politiknya.

Menjelang pemilu 2021. Sabtu lalu, PVV mempublikasikan programnya untuk kampanye pemilu. Cukup tebal. 50 halaman. Kata kunci dalam programnya adalah budaya dan tradisi, peduli dan keselamatan, serta realita iklim.

Dalam pengantar program politik itu, Wilders menulis. Partainya sangat bangga dengan budaya sendiri. Dia ingin menjadikan negaranya, a country without headscarves. Negara tanpa kerudung, tulisnya.

Partainya PVV juga mengusung isu de-Islamisasi di Belanda. Menghentikan penyebaran ideologi Islam. Menutup perbatasan bagi para imigran dari negara-negara Islam.

Bahkan, PVV akan mengusulkan sebuah kementerian bernama “Ministry of Immigration, Remigration, and De-Islamization,” demikian tulis Netherland Times kemarin.

Untuk menguatkan nasionalisme Belanda. PVV, Partainya Wilders menginginkan bendera negerinya dikibarkan di sekolah-sekolah setiap hari.

Pasal 23 program partai PVV menekankan pentingnya kebebasan bagi pendidikan khusus. Pendidikan berbasis Islam harus dihapus, bunyi kampanye Wilders dan partainya.

Baca juga :   Keunikan Islam dalam Kebudayaan Jawa: Memelihara Harmoni dan Kekayaan Budaya

Inilah beberapa fakta tentang Pemilu Belanda dan Wilders, Wilders tidak berubah, bersama kontroversinya. Terutama pandangannya tentang Islam. Masih mengusung isu anti Islam. Isu rasisme sentimen agama Islam dijadikan isu politiknya untuk merebut pemilih di Belanda.

Belanda sendiri saat ini berpenduudk 17 juta jiwa, Dimana lima persennya adalah memeluk agama Islam.

Menjadi Muallaf

Berbeda dengan teman Wilders, Joram van Klaveren. Yang dulunya sama-sama anti Islam. Sama-sama membesarkan PVV. Joram berubah, berubah menjadi muallaf pada tahun 2018.

Joram menjadi muallaf setelah ia menulis buku, awalnya ia menulis buku untuk menemukan posisi Islam setelah ia banyak bersikap anti Islam bersama Wilders. Joram, menulis buku untuk mencari pembuktian kaitan antara Islam dan terorisme. Namun Joram menemukan kesimpulan bahwa Islam bukanlah agama yang mengajarkan terorisme. Sejak itu, ia memilih menjadi muallaf.

I wanted to prove that [Muslims] … promote terrorism… but I found that there were no Islamic sources to prove this, only orientalist sources,” demikian kata Klaveren. Bacalah bukunya berjudul ‘Apostate: From Christianity to Islam in the Time of Secular Terror’.

Baca juga :   Cucurak: Tradisi Berbagi dan Kebahagiaan dalam Menyambut Bulan Suci Ramadan di Bogor

Bagaimana hasil Pemilu Belanda tahun 2021?. Akankah warga Belanda menyambut kampanye rasis ala Wilders. Atau sebaliknya. Partainya akan terjun bebas?. Tidak lagi menjadi simpati publik, di negeri kincir angin.

Berkaca pada Pemilu-Pemilu di Belanda sebelumnya, partai-partai politik di Belanda tidak ada yang dominan. Bahkan, untuk membentuk pemerintahan, koalisi mutlak diperlukan. Setidaknya koalisi harus minimal mengantongi 76 kursi supaya menjadi mayoritas, yaitu setengah plus 1.

Pemilu terakhir adalah tahun 2017. Pemenang suara terbanyak adalah People’s Party for Freedom and Democracy, lebih dikenal dengan Partai VVD. Dalam bahasa Belanda Volkspartij voor Vrijheid en Democratie. Karena hanya mendapatkan 33 kursi maka tidak cukup untuk bisa membentuk pemerintahan.

VVD dipimpin Mark Rutte, Perdana Menteri sekarang. Akhirnya berkoalisi dengan Christian Democratic Appeal, Christen-Democratisch Appèl (CDA) yang punya 19 kursi. Plus Democrats 66, Democraten 66 (juga 19 kursi) dan Christian Union, Christen Unie (5 kursi).

Cukuplah membentuk pemerintahan dengan 76 kursi. Meskipun sangat minimalis.

Oleh : Prof. Ahmad Ali Nurdin (Dekan Fisip UIN SGD Bandung).

What's your reaction?

Related Posts

1 of 140