Info KlikersInternasionalPolitikSosial Budaya

Sejarah Diplomatik Sriwijaya dan Dinasti Umayyah-Abbasiyah yang Tersembunyi

Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13, memiliki hubungan diplomatik yang menarik dengan dua dinasti besar di Timur Tengah, yaitu Dinasti Umayyah (661-750 M) dan Dinasti Abbasiyah (750-1258 M).

Awal Mula Hubungan

Hubungan diplomatik antara Sriwijaya dan Dinasti Umayyah dimulai pada abad ke-7 M. Pada tahun 674 M, Sriwijaya dibawah kepemimpinan Sri Maharaja Indra Warmadewa mengirim utusan ke Damaskus, ibukota Umayyah, untuk menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik. Utusan Sriwijaya diterima dengan baik oleh Khalifah Umayyah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kedua belah pihak sepakat untuk menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama.

Kerjasama antara Sriwijaya dan dinasti Umayah memang tidak asing lagi, mengingat bahwa hubungan perdagangan antara nusantara dan para pedagang Timur Tengah sudah terjalin sejak awal Masehi. Sebagai contoh, para pedagang Persia-Arab pada abad ke-3 M sudah tercatat melakukan kunjungan ke Nusantara, yang kemudian melanjutkan perjalanan ke utara menuju Cina.

Baca juga :   7 Saf Tangga Sunan Drajat : Filosofi Mendalam untuk Mengentaskan Kemiskinan dan Membentuk Karakter Unggul

Muhammad Sulton Fatoni dalam bukunya Buku Pintar Islam Nusantara menyebutkan bahwa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah mengakui Nusantara sebagai sebuah negara yang luas dan telah memahami sistem pemerintahan di dalamnya. Meskipun terdiri dari beberapa pemimpin, Nusantara memiliki kesepakatan untuk bersatu di bawah satu kepemimpinan. Pada tahun 775 M, Raja Sriwijaya dikenal sebagai “raja yang dipertuan dari Sriwijaya, raja tertinggi diantara semua raja dibumi”.

Hubungan antara Sriwijaya dan Umayyah-Abbasiyah diwarnai dengan pertukaran utusan dan hadiah. Pada tahun 716 M, Sriwijaya kembali mengirim utusan ke Baghdad, ibukota Abbasiyah, untuk memperkuat hubungan dan menyampaikan hadiah kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Secara jelas, penguasa Sriwijaya aktif membangun hubungan diplomatik yang menguntungkan dengan Dinasti Umayyah selama masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sriwijaya melakukan inisiatif dengan mengirimkan beberapa komoditas berharga sebagai tanda penghormatan terhadap hubungan bilateral antara kedua kerajaan.

Sebagai imbalan, Sriwijaya meminta kepada Dinasti Umayyah untuk menyediakan para intelektual yang berkompeten dalam pengetahuan Islam. Sriwijaya menganggap sangat penting untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang Islam dan esensi keselamatan hidup. Dalam hal ini, Sriwijaya memohon untuk dikirimkan ahli Islam bersama dengan buku-buku referensi Islam yang dapat dipelajari.

Baca juga :   Sunan Gresik: Jejak Cahaya dalam Kehidupan dan Keagungan Spiritual

Raja Sriwijaya menyadari bahwa ajaran Islam mengajarkan nilai kemanusiaan yang sangat tinggi, sekaligus memberikan petunjuk tentang cara menghadapi godaan nafsu dalam menjalani kehidupan dunia yang penuh dengan godaan. Baginya, ajaran Islam memiliki kesamaan dengan agama Budha yang dianutnya, terutama dalam nilai-nilai kemanusiaan seperti saling asah, asih, dan asuh, serta cara menghadapi kehidupan dunia yang sementara dan penuh kesengsaraan akibat hawa nafsu manusia. Oleh karena itu, Raja Sriwijaya melihat kesamaan pandangan dan ajaran yang tinggi mengenai kemanusiaan dan keadilan dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, adalah wajar jika Raja Sriwijaya mengharapkan kehadiran seorang ulama atau ahli agama Islam dari Arab sebagai salah satu penasehat di kerajaannya.

Sejarah diplomatik Sriwijaya dan Dinasti Umayyah-Abbasiyah merupakan contoh hubungan internasional yang positif dan saling menguntungkan. Hubungan ini membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan di kedua belah pihak.

Mempelajari sejarah diplomatik ini penting untuk memahami bagaimana Sriwijaya memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan bagaimana kerajaan tersebut terhubung dengan dunia Islam. Hal ini juga dapat membantu kita untuk memahami sejarah Nusantara yang masih banyak belum kita ketahui secara mendalam

Baca juga :   Harmoni dan Warisan Spiritual : Islam Damai di Nusantara

 

 

 

Refrensi

 

Fatoni, M. (2017). Buku Pintar Islam Nusantara. Jakarta : Pustaka IIman dengan UNUSIA Press,9-12.

Wandiyo, Suryani, I., & Sholeh, K. (2020). HUBUNGAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI UMAYAH TERHADAP MASUKNYA AGAMA ISLAM DI PALEMBANG PADA ABAD VIII MASEHI. SiNDANG, JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN SEJARAH, 34-40.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 2,309

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *