Info KlikersKlik NewsSosial Budaya

Misteri Keanekaragaman: Jejak Sejarah Agama di Nusantara

Indonesia, dengan keanekaragaman budaya dan etnisnya, menjadi tempat yang unik untuk menjelajahi sejarah agama. Jejak-jejak agama yang bervariasi telah mempengaruhi dan membentuk kehidupan masyarakat Nusantara selama ribuan tahun. Mari kita mengungkap misteri dan kekayaan sejarah agama di Nusantara.

Pengertian Agama

Mengutip dari kumparan.com bahwasanya agama dalam Bahasa sansekerta yang artinya kepercayaan akan adanya kekuatan di atas manusia yang merupakan kata singkat dari kata religi. Religi sendiri secara etimologi berasal dari Bahasa latin, yakni religio yang diambil dari kata re-ligare dengan makna mengikat Kembali.

Secara umum, agama dapat diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan sebagai sang pencipta dan pengawas alam semesta. Agama juga dipercaya sebagai suatu system kepercayaan dan kepribadian yang didasarkan pada keyakinan tertentu.

Dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar karya Asep Achmad Hidayat, pengertian agama adalah kepercayaan yang dimiliki oleh setiap manusia dalam mencapai kehidupan yang nyaman, baik secara spiritual maupun jasmani.

Menurut Max Muller, seorang ahli Bahasa yang sekaligus sebagai pelopor studi agama, mengatakan bahwa akar dari kata “religion” dalam Bahasa latin, religio,  dalam arti “pemujaan terhadap Tuhan atau dewa, dan perlakuan yang hati-hati pada hal-hal yang Ilahi, dan keshalehan”.

Ada banyak pengertian atau definisi tentang agama. Definisi yang paling umum adalah agama sebagai petunjuk keyakinan atau pemujaan terhadap Tuhan atau Dewa, atau Pemujaan terhadap Tuhan atau sesuatu yang diaanggap supranatural.

 

Peninggalan Agama Kuno

Menurut aspek Sejarah dalalam banyak buku, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di negri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimananapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan yang telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Nusantara.

Menurut Agus Sunyoto dalam bukunya Atlas Walisongo bahwa agama asli Nusantara adalah kepercayaan leluhur suku bangsa Austronesia serta bangsa Papua yang telah ada di Nusantara sebelum masuk agama-agama asing dari subbenua India (Hindu dan Buddha), Arab (Islam), Portugis (Kristen Katholik), Belanda (Kristen Protestan), dan Tiongkok (Konghuchu)

Sebelum Nusantara didalami bangsa berkulit cokelat (Austronesia), bangsa proto Melanesia (berkulit hitam) menganut kepercayaan monoteistik yang sekarang dikenal dengan kapitayan. Seiring dengan datangnya orang-orang Austronesia, kepercayaan tersebut turut dianut oleh mereka.

Kepercayaan Masyarakat purba telah mempunyai mitologi kaya serta wiracarita, memuliakan dewa-dewi, roh leluhur dan roh kekuatan alam yang menghuni air, gunung, dan hutan. Hakikat tak terlihat yang memiliki kekuatan supranatural ini disebut oleh orang Jawa, Sunda, Melayu, Bali sebagai Hyang dan oleh suku-suku Dayak sebagai Sangiang.

Beberapa dari agama asli masih hidup, baik yang murni maupun yang gabungan dengan agama asing, seperti agama Hindu Bali, Kejawen, serta Masade (Islam Tua). Akan tetapi kepercayaan Asli yang telah hilang bisa hidup sebagai agama rakyat diantara umat Islam atau Kristen di dalam praktik adat diluar agama resmi, seperti Syamanisme Melayu dan kepercayaan kaum Abangan Jawa.

 

Perkembangan Agama di Nusantara

Hindu dan Buddha telah dibawa ke Nusantara sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi, Ketika para pedagang dari India datang ke Sumatera, Jawa, dan Sulawesi membawa agama mereka. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja Siwa.

Pedagang juga mengembangkan ajaran Buddha pada abad yang sama dan sejumlah ajaran Hindu-Buddha telah mempengaruhi Kerajaan-kerajaan kaya, seperti Kuitai, Sriwijaya, Majapahit, dan Sailendra. Sebuah candi Buddha terbesar di dunia Borobudur yang Dimana telah dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama, begitu pula dengan Candi Hindu, Prambanan juga dibangun.

Puncak kejayaan Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit terjadi pada Abad ke-14M, yang juga menjadi zaman keemas an dalam Sejarah Indonesia.

Islam masuk ke Nusantara sekita abad ke-7M, melalui banyak jalur dan utamanya melalui para pedagang yang singgah di Nusantara. Pada masa Islam, terdapat beberapa Kerajaan yang bercorakan agama Islam, seperti Kerajaan Demak, Pajang, Mataram, dan Banten. Pada akhir abad ke-15M, banyak Kerajaan Islam yang terbentuk, mencerminkan dominasi pada Islam di Nusantara.

Kristen Katholik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16M dengan pengaruh ajaran Calvinic dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua, dan Kalimantan. Kemudian Kristen menyebar melalui Pelabuhan Borneo, Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target penyebaran Kristen Ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, Dimana pada saat ini paling banyak pemeluk agama Kristen Protestan.

Perubahan penting terhadap suatu agama juga terjadi sepanjang era Orde Baru, antara tahun 1964 dan 1965, yang Dimana memiliki suatu ketegangan antara PKI dan pemerintah Indonesia. Atas dasar peristiwa tersebut, pemerintah Orde Baru mencoba untuk menindak para pendukung PKI dengan menerapkan suatu kebijakan yang mengharuskan semua untuk memilih suatu agama, karena kebanyakan pendukung PKI adalah ateis.

Sebagai hasilnya, tiap warganegara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama secara massal, dengan Sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan Kristen Katolik, karena Konghuchu bukanlah salah satu dari status pengenal agama, banyak orang Tionghoa juga berpindah ke Kristen atau Buddha.

Setelah masa reformasi Indonesia tahun 1998, Ketika turunya Presiden Soeharto, Abdurrahman Wahid atau akrab disapa dengan Gus Dur dipilih menjadi Presiden yang keempat, Beliau mencabut intruksi Presiden No.14/1967 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978. Agama Konghuchu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia.

Kultur Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini telah diizinkan untuk dipraktekan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghuchu kini bebas untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka saat ini.

Sejarah agama di Nusantara mengajarkan kepada kita pentingnya menghargai dan merayakan keberagaman. Dengan melihat kembali jejak-jejak agama di masa lalu, kita dapat membangun masa depan yang lebih inklusif dan harmonis. Pendidikan tentang keragaman agama dan budaya menjadi kunci untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama di Nusantara dan di seluruh dunia.

Sejarah agama di Nusantara adalah cerita yang menarik tentang perjumpaan, penyesuaian, dan keberagaman. Dalam memahami warisan agama ini, kita dapat merangkul kekayaan budaya dan spiritual yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Indonesia.

 

Related Posts

1 of 3,913

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *