Opini

Forum Arsip Nasional dan Gagasan Arsip Peradaban Islam Dunia

Oleh: Fauziyah Hamidah (Mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia)

Forum Arsip Nasional Bersama negara-negara berpenduudk mayortitas muslim Malaysia, Arab Saudi, Maroko, Iraq, Palestina, Kuwait, Qatar, Yordania dan Brunei Darussalam menginisiasi sebuah gagasan arsip peradaban Islam dunia.

Untuk mengawali gagasan tersebut pada 12 Juli 2023 Forum Kerja Sama Arsip Nasional menggelar seminar Arsip Sejarah Peradaban Islam serta diplomasi Internasional yang digelar oleh lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia di Ruang Serbaguna Noerhadi Magetsari.

Ini merupakan kegiatan yang digelar untuk pertama kalinya di Indonesia dan turut menghadirkan serta melibatkan para kepala-kepala arsip nasional negara-negara yang memiliki penduduk mayoritas Islam, seperti Malaysia, Arab Saudi, Maroko, Iraq, Palestina, Kuwait, Qatar, Yordania dan Brunei Darussalam.

Dalam Seminar Arsip Sejarah Peradaban Islam tersebut dihadiri para pimpinan arsip negara-negara Islam. Hadir sebagai narasumber diantaranya Faisal Al-Tamimi (Director General NCAR Saudi Arabia), Dato’ Jafaar Sidek  (Director General of the National Archives of Malaysia), Oman Fathurahman  (Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Acara seminar dipandu oleh moderator, Ivan Aulia Ahsan, (pemimpin redaksi NU Online).

Pada pertemuan pendahuluan tersbeut seluruh peserta dari lintas negara muslim akan bertukar pendapat dan mendiskusikan pandangannya terkait potensi kerja sama untuk kepentingan bersama berkaitan dengan arsip sejarah peradaban Islam dunia.

Imam Gunarto, Kepala ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) dalam sambutannya menyampaikan bahwa pertemuan antar negara muslim membahas tentang kerasipan dalam Upaya meningkatkan memori kolektif yang kuta dan hebat tentang peradaban Islam dunia.

“Pertemuan ini merupakan langkah awal untuk menjajaki dan mengeksplorasi pembentukan forum kerja sama arsip nasional di seluruh negara-negara yang berpenduduk muslim. Selain itu forum ini bertujuan untuk meningkatkan memori kolektif yang lebih kuat dan hebat tentang sejarah Islam sebagai bagian dari peradaban.” ujar Imam Gunarto selaku kepala ANRI dalam sambutan pembukaan.

Hadir juga dalam seminar Yohpy Ichsan Wardana, Sekretaris Jendral Kerja Sama Multilateral. Mewakili dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Yohpy Ichsan Wardana, dalam sambutannya menuturkan bahwasannya lewat arsip bisa mempelajari tentang peradaban Islam dunia.

“Melalui arsip dapat dipelajari peradaban Islam dunia. Masa keemasan Islam tidak hanya sesuatu dari masa lalu namun juga berisi pengetahuan, budaya, filosofi dan politik. Dengan kemunculan Islam pada abad ke-14, peradaban ini memberikan kontribusi yang signifikan pada peradaban manusia hingga munculnya peradaban yang modern seperti saat ini.” Jelas Yohpy Ichsan Wardana dalam sambutannya.

Narasumber seminar, Oman Fathurahman (Filologi Islam UIN Jakarta) dalam mengawali penyampaian materinya mengatakan bahwa pada masa lalu sebetulnya jaringan peradaban Islam terhubungkan sedemikian rupa melalui perdagangan, diplomasi, interaksi keilmuan juga keagamaan sehingga Islam tidak hanya tumbuh dan berkembang di Makkah dan Madinah saja.

Dari hubungan inilah menurut Oman Faturrahman disebut sebagai khazanah peradaban Islam yang sebetulnya amatlah kaya sekali, maka jika dikaitkan dengan konteks arsip dan manuskrip Islam kita pasti akan menjumpainya.

Namun Oman sangat menyayangkan, dunia publik banyak yang tidak tahu dan menyadari tentang kompleksitas hubungan internasional dunia muslim, khususnya di Asia Tenggara.

Sementara itu narasumber lain Dato’ Ja’far Sadek dari Malaysia menyampaikan bahwa status dunia Islam Asia Tenggara sebagai periveral secara akademik yang dahulu menjadi narasi utama dalam kajian Islam ternyata memang terbukti sudah tidak kontekstual dan relevan.

“Kita punya arsip dan manuskrip yang membuktikan bahwa dunia Jawi ini, Nusantara, merupakan satu wilayah penyemaian pemikiran Islam.” Urai Dato’ Ja’far Sadek.

Narasumber berikutnya Faisal al-Tamimi dari Arab Saudi menyampaikan bahwa Arab Saudi merupakan salah satu negara yang memegang peran penting dalam hal kearsipan hubungan antara dunia Islam Timur Tengah dan Asia Tenggara.

Faisal al Tamimi mengungkapkan bahwa ada beberapa arsip milik tokoh nusantara yang pernah tinggal dan belajar disana tertinggal dibeberapa pusat arsip-arsip Arab Saudi.

Contohnya arsip Syeikh Mahfud Termas yang pada pertengahan abad 19 pernah menjadi guru Masjidil Haram. Banyak surat pribadi dan karangannya yang didapatkan keturunanya dari salah satu perpustakaan kampus Arab Saudi.

Arsip Nasional

Menaggapi penyampaian para narasumber seminar saya sebagai penulis melihat bahwa sesungguhnya jika kita menelaah lebih jauh arsip-arsip dan manuskrip banyak sekali pemikiran para ulama nusantara yang kitabnya dicetak di Timur Tengah.

Karangan ulama Aceh misalnya, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri dan Syeikh Abdurrahman as-Sinqili itu kitab-kitabnya banyak dicetak di Musthafa al-Bab al-Halabi, salah satu percetakan tertua di Mesir. Artinya nusantara memang memberikan banyak pengaruh.

Dahulu Haramain selain menjadi tempat pelaksaan ibadah Haji dan Umroh, juga menjadi pusat pembelajaran dan pertemuan komunitas Islam dari berbagai negara yang kemudian melahirkan banyak sekali arsip-arsip.

Arsip-arsip Islam yang sangat luas tersebut tentunya sudah teruji sebagai sumber untuk merekonstruksi hubungan diplomatik antar negara. Misalnya tentang Ottoman and South East Asia Relation.

Orang-orang Nusantara sepulang dari melaksanakan haji mereka melakukan penerjemahan karya serta pengadaptasian. Misalnya kitab Ihya Ulumuddin yang diterjemahkan oleh Syeikh Abdul Shomad al-Palimbangi menjadi kitab Hidayat As-Salikin. Dan itu termasuk sebab mengapa kita memiliki kekayaan arsip.

Bersyukurnya, Indonesia mempunyai dua lembaga yang luar biasa menjaga arsip dan dokumen kita, yaitu ANRI dan Perpustakaan Nasional.

Namun masih banyak pula arsip-arsip yang terbilang belum diselamatkan dan masih menjadi koleksi pribadi seperti di pesantren-pesantren.

Tahun lalu, ANRI berhasil menyelamatkan arsip seorang tokoh besar Indonesia, K.H. Ahmad Syaikhu yang merupakan pendiri pesantren Al-Hamidiyah Depok yang mempunyai arsip dalam konteks diplomasi Indonesia dan negara-negara Timur Tengah.

Sebab dahulu ia adalah presiden organisasi konferensi Islam Asia-Afrika. Semua arsipnya sudah di digitalisasi dan bentuk aslinya disimpan dengan baik oleh ANRI.

Sebagai penutup saya ingin menyarankan untuk kita bersama-sama memulai menginventarisasi, mengkatalogisasi, serta membangun pangkalan data yang sifatnya digital/database.

Inilah yang menjadi sebab perlunya diadakan kerja sama di bidang kearsipan. Sehingga beberapa hal yang dulunya tidak bisa kita gali karena ketidak tahuan kita, kemudian menjadi terbuka karena adanya hubungan ini.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 147

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *