Info KlikersOpiniPendidikan

Membangun Kecerdasan Komunal

Oleh: Fahrul Isna Arsyada (Kolumnis)

Dalam berhubungan sosial interaksi antara manusia dengan manusia lainnya tidak akan terelakan, di ruang tertentu interaksi akan membangun sebuah perkembangan yang lebih spesifik misalnya saja tentang kecerdasan. Kenapa ? karena dengan interaksi seseorang akan lebih mengenal dengan satu sama lain secaralebih dalam

Dari beberapa literatur salah satunya dari Dusek mengtakan bahwa, Kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi, sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya.

Manusia memang tidak akan lepas dari apa yang disebut problem dalam kehidupannya, tentu dengan banyak perspektif yang diciptakannya. Maka sebenarnya membangun ruang tertentu untuk saling berbagi dan mendewasakan kecerdasan satu sama lain akan menghasilkan lingkungan (komunal) dengan lebih baik dari waktu ke waktu.

Lalu apa yang di maksud dengan komunal ? arti komunal atau Masyarakat komunal dalam tinjauan sosiologi adalah masyarakat yang hidup dalam kelompok-kelompok tertentu. Mereka dipersatukan baik oleh kesamaan suku, marga, genealogis, bahkan mitos, maupun terikat oleh tatanan hukum,adat di mana mereka tinggal.

Maka kecerdasan komunal bisa kita pahami sebagai kecerdasan yang di bangun atas dasar komunal itu sendiri dengan ruang-ruang tertentu, apakah kalian tau semut ? secara tidak langsung ketika kita amati dengan baik semut adalah hewan yang memiliki kecerdasan komunal dalam kelompoknya, ketika semut itu bertemu dengan teman-temannya kebanyakan mereka akan bersentuhan satu sama lain untuk berkomunikasi dan berkolaborasi membantu rekan-rekannya mengambil atau mengusung makanan tanpa perintah dari si raja semut, itu menunjukan bahwa komunikasi yang di bangun oleh kawanan semut tidak di tentukan dari kontruksi perintah melainkan dari kesadaran antar individu.

Tidak hanya itu Semut telah berkembang menjadi makhluk yang paling dominan di ekosistem teresterial sejak kemunculannya. Dari 750.000 spesies serangga di dunia, 30% diantaranya adalah semut menurut Holldobler and Wilson. Semut telah beradaptasi dengan mengagumkan dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan

Manusia tumbuh dengan komunal yang bermacam-macam dengan segala jenis eksistensinya dan tentu memiliki kecerdasan dalam membangun sebuah komunal yang ada dalam kelompoknya, dalm artian tertentu sesuatu yang diciptakan manusia dalam berkelompok ini sangat beragam dengan kepentingan dan ideologi yang bermacam-macam lalu bagaimana cara membangun kecerdasan komunal yang setiap orang atau kelompok yang berbeda sekalipun bisa hidup berdampingan dengan indah semata-mata untuk membantu sama lain, mencerdaskan satu sama lain, kompak satu sama lain, dan sama-sama membangun peradaban dalam perbedaan (Diversity) nya masing-masing.

Dalam ruang komunal ada yang namanya setting yang di pengaruhi tiga unsur yaitu menusia sebagai subjek pelaku, aktivitas dan pikiran manusia keterkatian itu bisa kita tarik garis besar segitiga dengan peranan setting di dalamnya. Jadi ketika manusia, aktifitas, pikiran berada dalam satu frame setting yang presisi atas kesadaran maka kecerdasan komunal itu akan muncul dengan sendirinya, lalu apa yang di sebut dengan ketiga unsur tersebut ?

• Manusia, menusia memiliki ego masing-masing dalam menentukan arah hidupnya. Dan ini merupakan hal yang lumrah sebab egoisme itu tumbuh pada manusia yang memang memiliki keinginan dalam hidup, Dalam Filsafat egoisme berupaya memandang egoisme dari sudut konstruktivis. Egoisme dianggap sebagai entitas yang sebaiknya harus dijalankan manusia agar tetap bertahan hidup di dunia ini. Dengan demikian dalam pandangan filsafat, egoisme dianggap sebagai tindakan yang “tepat” dan “tidak tepat”, namun dalam pandangan psikologis atau egoisme psikologis ada istilah altruisme yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorban kepentingan dirinya. Nah jika kita menemukan setting dalam menentukan kecerdasan komunal maka kesadaram egoisme dan altruisme bisa berjalan berdampingan dengan tidak menggangu perspektif dan kepentingan orang lain. Artinya keduanya harus menemukan setting yang tepat kapan egoisme kita itu muncul dan kapan altruisme kita itu muncul kepermukaan.

• Aktifitas, sebagai komunal (dalam suatu kelompok) maka aktifitas juga akan menentukan arah kecerdasan komunal itu bisa terjadi, contoh aktifitas pendidikan, politik, organisai masyarakat, Lsm, dan masih banyak lagi tentu memliki aktifitas yang berbeda-beda di dalamnya, meskipun unsur pendidikan ada di politik misalnya, tetapi kita akan tetap melihat mana yang akan dominan dari kegiatan-kegiatan atau aktifitas yang dilakukan, maka lagi-lagi ketika kita menentukan aktifitas dengan atau dalam setting yang lebih luas secara tidak langsung akan membangun sebuah keragaman dengan kecerdasan komunal yang lebih indah. Misalnya menemukan unsur pendidikan dalam kesadaran berpolitik, menemukan unsur politik dalam ber-organisai dan seterusnya. Dengan kelengkapan kesadaran itulah nanti diversity atau keragaman yang kita munculkan membuat saling terikat dan terbantu dengan yang lainnya.

• Pikiran, pikiran merupakan hasil dari setting yang manusia itu bisa bersifat sebagai landasan hidup bisa merupakan sesauatu hal yang kita sepakati bersama dalam berkomunal yang kita sadari dengan perspektif yang lebih luas. Maka dengan kemandirian pikiran yang di peroleh dari kecerdasan dalam ber-aktifitas akan menentukan arah dari kecerdasan komunal itu sendiri secara

Kelompok manusia yang berkomunal apapun itu akan melahirkan kecerdasan nya masing-masing dalam mengelola kemandirian hidupnya, dan sebanarnya sudah semestinya membangun kecerdasan komunal ini sebagai setting yang lebih luas tidak hanya tentang kepentingan yang bersifat egoisme pribadi atau kelompok belaka malainkan juga altruisme yang seimbang dalam menyikapi keberlangsungan peradaban manusia.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 945

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *