Klik News

Mujahid bin Jabar: Mufassir yang Selalu Butuh Bukti

Namanya Mujahid bin Jabar. Dia merupakan mantan budak yang hitam kulitnya, dan menjadi bagian generasi tabiin. Dia juga yang dikirim sebagai duta ke Mesir, sesudah Amru bin Ash berkonsultasi dengan Khalifah Umar b. Khattab.

Walaupun mantan budak, Mujahid dikenal sebagai orang yang alim. Itulah sebabnya ketika Amru bin Ash berkonsultasi kepada Umar bin Khattab tentang siapa yang dikirim sebagai duta ke Mesir, maka Khalifah berpesan: “Pilih orang yang alim!”

Kealiman Mujahid telah dikenal luas di seantero tanah Arab. Karena kealimannya, putra Amru bin Ash yang menjadi muridnya selalu menghamparkan pakaian yang dikenakannya sebagai alas kaki Mujahid untuk bisa naik dan duduk di atas kendaraan.

Mujahid adalah seorang Mufassir yang unik. Konon tatkala ingin memahami ayat yang mengulas “bekas malaikat” Harut dan Marut, maka dia sengaja bertandang ke Babilonia.

Di kota ini, beliau minta diarahkan penguasa setempat supaya dikenalkan dengan pemandu. Pemimpin Babilonia mengarahkan supaya Mujahid menemui seorang Rahib Yahudi.

Baca juga :   Kurangi Angka Stunting dan Kematian Ibu, Komisi VIII Komitmen Selesaikan RUU KIA

Setelah kenalan dengan Rahib Yahudi itu, Mujahid diajak naik ke atas kastil yang diyakini sebagai tempat terakhir berdiamnya Harut dan Marut.

“Kalau ingin ketemu Harut dan Marut, kita masuk lewat lobang ini!” Kata Rahib Yahudi itu. Mujahid pun mengikuti masuk ke dalam lobang itu dan tembus ke alam gaib, berjumpa dengan Harut dan Marut.

Di hadapan Harut dan Marut, Mujahid mengenalkan diri: “Aku adalah hamba dari Tuhan yang pernah kamu sembah”. Mendengar perkataan Mujahid itu, Harut dan Marut yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai malaikat yang berubah menjadi jin kafir itu murka.

Tanpa berkata-kata, Harut dan Marut menggeram (hemm!) dan seketika benda-benda sekitar berguguran rontok. Mujahid dan Rahib Yahudi itu pun seketika pingsan. Setelah sadar, mereka tak lagi melihat Harut dan Marut, namun Rahib Yahudi itu berkata kepada Mujahid: “Hampir saja kita mati, karena ulahmu!”

Itulah salah satu penggalan cerita tentang bagaimana cara Mujahid menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan cara membuktikan langsung. Sebetulnya masih banyak lagi cerita tentang cara Mujahid menafsirkan ayat Al-Qur’an: termasuk dengan cara bertemu dengan Nabi Musa untuk mengetahui secara detail marahnya kepada Nabi Harun.

Baca juga :   Stan Jurnal Ilmiah, Kuliner Bersertifikat Halal, hingga Pesta Durian Hadir di  AICIS Expo 2024 

Mujahid adalah ulama tafsir dengan segudang kenyelenehannya. Para ulama lain dan golongan tabiin lainnya paham tentang masalah itu. Merekapun sangat memuliayakan Mujahid.

Saat beliau wafat, salat jenazahnya dipimpin langsung oleh Zaid bin Tsabit. Ketika jenazahnya dikeluarkan dari dalam masjid, Zaid bin Tsabit sempat berebut dengan Ibnu Abbas.

Ibnu Abbas adalah gurunya Mujahid, tapi beliau ingin menggotong langsung janazah Mujahid. Zaid bin Tsabit yang melihat langsung kejadian itu berkata: “Wahai putra pamannya Rasulullah, tak pantas engkau menggotong jenazah Mujahid”, kata Zaid.

Tapi Ibnu Abbas membalas: “Memuliakan orang alim, dari golongan manapun, adalah menjadi tradisi kami, keluarga Nabi Muhammad Saw.”

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,262

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *