Info KlikersSosial Budaya

Tradisi Dandangan: Menyambut Ramadan dengan Kemeriahan di Kudus

Tradisi Dandangan di Kudus merupakan sebuah perayaan khas yang menyemarakkan suasana menjelang bulan suci Ramadan. Tradisi dandangan merupakan festival yang diadakan untuk menandai dimulainya ibadah puasa pada bulan Ramadan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Awal Mula Dandangan

Tradisi Dandangan di Kudus sudah ada sejak tahun 1459 Hijriah, atau sekitar tahun 545-an. Pada masa itu, masyarakat Kudus berkumpul di depan Menara Masjid Al Aqsha (sekarang Masjid Menara Kudus) untuk menanti pengumuman awal puasa Ramadhan dari Sunan Kudus. Setelah pengumuman disampaikan, bedug masjid ditabuh dan menghasilkan suara “dang-dang-dang”. Dari sinilah istilah “Dandangan” lahir.

Pengumuman pertama mengenai kedatangan bulan Ramadan dilakukan di area Masjid Menara Kudus dengan cara memukul beduk dua kali. Pemukulan beduk pertama bertujuan untuk mengumpulkan warga, sementara pemukulan beduk kedua bertindak sebagai penanda resmi dimulainya bulan Ramadan setelah pelaksanaan salat Isya. Acara pengumuman awal Ramadan tersebut dihadiri oleh para murid Sunan Kudus, termasuk Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak, Sultan Hadlirin dari Jepara, dan Aryo Penangsang dari Jipang.

Baca juga :   "Menyatu dalam Asap dan Tradisi: Petani Tembakau Temanggung Mengukir Identitas melalui Ritual Merukunkan"

Perkembangan Tradisi Dandangan

Seiring waktu, tradisi Dandangan berkembang menjadi festival yang tidak hanya dinikmati oleh umat Islam, tetapi juga masyarakat non-muslim. Festival ini menjadi daya tarik bagi masyarakat Kudus dan sekitarnya, bahkan dari luar daerah seperti Demak, Jepara, Purwodadi, Pati, Rembang, hingga Tuban. Festival ini biasanya berlangsung selama 10 hari sebelum memasuki bulan puasa.

Dalam festival Dandangan, masyarakat Kudus dan sekitarnya, termasuk yang beragama non-Muslim, ikut merayakan acara ini. Kepentingan masyarakat dalam festival ini bervariasi, ada yang hadir sebagai pedagang dan ada juga yang datang sebagai pengunjung. Pada dekade 1980-an, terjadi peningkatan jumlah pedagang yang signifikan.

Tradisi dandangan, mengalami perkembangan menjadi tradisi kirab dandangan yang mencerminkan kekayaan budaya di Kota Kretek. Kirab dandangan dilaksanakan dengan cara mengelilingi alun-alun kota sejauh satu kilometer dengan berjalan kaki.Top of Form

Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Kudus, menciptakan momen kebersamaan dan kegembiraan. Selain menjadi sarana untuk menentukan awal puasa, Dandangan juga melibatkan aktivitas lain, seperti pertunjukan tarian dan musik tradisional yang meriah.

Baca juga :   "Menyatu dalam Asap dan Tradisi: Petani Tembakau Temanggung Mengukir Identitas melalui Ritual Merukunkan"

Selama perayaan Dandangan, suasana sekitar Masjid Menara Kudus menjadi hidup dengan kehadiran para pedagang yang menjajakan berbagai produk. Pasar malam yang ramai ini menjadi daya tarik tersendiri, menawarkan berbagai kuliner khas dan barang-barang unik yang menambah keceriaan perayaan.

Tradisi Dandangan di Kudus tidak hanya mempertahankan nilai-nilai keagamaan dan budaya, tetapi juga menjadi momentum penting dalam mempererat tali persaudaraan di antara masyarakat setempat.

 

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,728

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *