Info Klikers

Shalahuddin AL-Ayyubi, Teladan Singa Pasir yang Toleran

penghormatan dan pengaguman Shalahuddin Al-Ayyubi tidak hanya dari kalangan Muslim. keadilan dan kenasionalismeannya juga membuat umat Nasrani yang tinggal di Yerusalem mengaguminya.

Dikisahkan suatu ketika ada seorang kake Nasarani bertanya kepada Shalahuddin. ” mengapa tuan tidak membalas musuh-musuh tuan?”

Shalahuddin menjawab,” Islam  bukanlah agama pendendam dan bahkan sangat mencegah seorang melakukan perkara yang tidak berprikemanusiaan. Islam menyuruh umatnya menepati janji, memafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf, dan melupakan kekejaman musuh, meski sebelumnya mereka menindas kita.”

mendengar jawaban itu, bergetarlah kakke tersebut dan berkata, ” sungguh indah agama Tuan! maka pada akhir hayatku ini, bagaimana agar aku memeluk agamamu?”

Shalahuddin menjawab, ” Ucapkanlah dua kalimat syahadat.” atas semua kemuliaan itu, pengajar University of London dan penulis beberapa buku terkait perang salib, Jonathan Phillips, menyebut Shalahuddin sebagai pahlawan utama bagi umat Islam.

Selain itu, dalam banyak buku sejarah dan referensi lainnya, kita akan menemukan banyak kisah yang menarik seputas Shalahuddin Al-Ayyubi yang layak diteladani. 

Baca juga :   Misteri Keanekaragaman: Jejak Sejarah Agama di Nusantara

Syamsuddin Arif (2008) dalam Orientalis ddan Diabolisme pemikiran mencontohkan, ditengah-tengah perang, beliau pernah mengimkan buah-buahan untuk Raja Richard yang sedang sakit. beliau juga mengustus dokter terbaiknya dan pernah menyamar sebagai dokter untuk memeriksa raja tersebut yang menjadi musuhnya itu.

Buku The Crusades Through Arab Eyes (1984) karya Amin Maalouf menjelaskan, Shalahuddin AL-Ayyubi beliau selalu ramah kepada semua orang yang datang mengunjunginya, selalu meminta sejenak makan , minum dan tinggal sejenak bersamanya, merlakukan mereka dengan penuh hormat, bahkan kepada tamu non Muslim sekalipun. ia tidak akan membiarkan seseorang yang mengunjunginya melanjutkan perjalanannya dengan dalam keadaan kecewa.

 

Referensi : Nailul Huda, tasawuf kebangsaan dalam bingkai wali songo, Santri Salaf Press, 2018

What's your reaction?

Related Posts

1 of 779

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *