berita klikersSosial Budaya

Menelusuri Kearifan Sunan Bonang: Peletak Pondasi Keberagaman dan Kebhinekaan

Di balik riuhnya gemerlap sejarah Jawa yang kaya, terdapat sosok yang melambangkan kearifan spiritual dan harmoni antaragama. Dialah Sunan Bonang, salah satu dari sembilan wali yang dihormati dalam tradisi agama Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Namun, keberadaannya tak terbatas hanya sebagai figur agama, melainkan juga sebagai arsitek keberagaman dan kebhinnekaan yang merupakan ciri khas budaya Indonesia.

Jejak Perjalanan Spiritual

Sunan Bonang yang bernama asli Raden Makdum Ibrahim lahir pada 1465M di Surabaya dan tumbuh dalam asuhan keluarga ningrat yang sangat agamis. Sunan Bonang merupakan anak dari Sunan Ampel yang merupakan salah satu dari 9 Walisongo sekaligus pengasuh dari Pondok Pesantren Ampeldenta. Pendidikan Islam Sunan Bonang pertama kali dari ayahnya sendiri di Pesantren Ampeldenta.

Mengutip dari buku karya Agus Sunyoto dalam Atlas Walisongo (2016) menuliskan bahwa Raden Makdum Ibrahim atau akrab dikenal sebagai Sunan Bonang merupakan putra keempat Raden Rahmat atau Sunan Ampel dari perkawinan dengan Nyai Ageng Manila, putri Bupati Tuban, Arya Teja.

Sunan Bonang adalah anak pertama dari lima bersaudara, adiknya bernama Syariffudin (Sunan Drajat), Siti Syarifah (Istri Sunan Kudus), Siti Mutmainah, dan Siti Hafsah sebagai anak bungsu. Dari keluarganya inilah yang memberikan Sunan Bonang pengaruh kuat dalam mempelajari ilmu agama dan untuk menyebarkan agama Islam.

Baca juga :   Sejarah Diplomatik Sriwijaya dan Dinasti Umayyah-Abbasiyah yang Tersembunyi

Selain belajar ilmu pengetahuan dengan ayahnya sendiri, Sunan Bonang juga sempat menuntut ilmu dari Syaikh Maulana Ishak (ayah Sunan Giri) sewaktu beliau melakukan perjalanan ke Tanah Suci Bersama Raden Paku atau akrab dengan sebutan Sunan Giri. Hingga akhirnya, Sunan Bonang diakui keilmuan yang sudah mumpuni dalam penguasaan fiqh, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan bela diri silat. Kelak dalam keterampilan silat Sunan Bonang berguna Ketika beliau berhasil mengalahkan seorang perampok yang bernama Raden Said. Raden Said pun tunduk dan bertobat, kemudian ikut menyebarkan dakwah Islam dan menjadi anggota Walisongo yang dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.

 

Asal Mula Nama Bonang

Dakwah Sunan Bonang dimulai dari Kediri, Jawa Timur. Beliau mendirikan langar atau Mushala di tepi Sungai Brantas, tepatnya di Desa Singkal. Diceritakan bahwa Sunan Bonang sempat mengislamkan Adipati Kediri, Arya Wiranatapada, dan putrinya. Usai dari Kediri, Sunan Bonang pergi menuju Demak, Jawa Tengah. Oleh Raden Patah yang merupakan pendiri sekaligus pemimpin pertama kesultanan Demak, Sunan Bonang diminta untuk menjadi Imam Masjid Demak.

Ada satu lagi versi berbeda terkait penamaan Sunan Bonang yang disematkan kepada Raden Makdum Ibrahim, yaitu beliau merupakan penemu gamelan jenis Bonang. Versi selanjutnya nama Bonang merupakan lokasi tempat tinggalnya tersebut.

Baca juga :   Pesantren: Jendela Sejarah Islam Nusantara

 

Peran Sunan Bonang dalam Dakwah dan Penyebaran Islam

Sunan Bonang berperan penting dalam penyebaran agama Islam ke seluruh Pulau Jawa. Beliau berupaya menyebarkan agama Islam dengan cara yang mengakomodasi budaya dan tradisi di Tanah Jawa. Salah satu pendekatanya adalah dengan menggabungkan unsur-unsur budaya local dengan ajaran Islam, sehingga memudahkan Masyarakat setempat untuk memahami dan menerima agama baru yang dibawa oleh Sunan Bonang.

Selain itu, Sunan Bonang juga dikenal sebagai sosok yang menengahi perselisihan antar kelompok Masyarakat yang berbeda pendapat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan antara berbagai kelompok, baik kelompok agama, ras, maupun etnis.Kehadiran dari Sunan Bonang sebagai tokoh agama menjadi factor yang sangat penting terhadap stabilitas social di wilayah tersebut, sehingga terciptanya kedamaian dan toleransi yang sangat tinggi.

Sunan Bonang juga berdakwah melalui seni dan budaya. Beliau menggunakan alat music gamelan untuk menarik simpati Masyarakat. Konon, Raden Makdum Ibrahim sering memainkan gamelan berjenis Bonang, yaitu prangkat music ketuk berbentuk bundar dengan lingkaran menonjol di tengahnya. Jika tonjolan tersebut diketuk atau dipukul dengan kayu, maka akan muncul bunyi yang merdu.

Baca juga :   Jejak Abadi Sunan Ampel: Peran Sentral dalam Penyebaran Islam dan Warisan Budaya Jawa Timur

Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang membunyikan alat music ini agar penduduk setempat penasaran dan tertarik. Warga berbondong-bondong ingin mendengarkan alunan tembang Tengah macapat, seperti Kidung Bonang, dan sebagainya. Hingga pada akhirnya banyak orang yang bersedia memeluk agama Islam tanpa paksaan.

Sunan Bonang juga mahir dalam memainkan wayang serta menguasai seni dan sastra Jawa. Dalam pertunjukan wayang, beliau menambahkan ricikan, yaitu kuda, gajah, harimau, garuda, kereta perang, dan ramporgani untuk memperkaya pertunujukanya.

Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam (2013), Hery Nugroho menuliskan bahwasanya dakwah dari Sunan Bonang yang lain adalah melalui penulisan karya sastra yang bertajuk Suluk Wujil, naskah aslinya saat ini disimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Suluk Wujil diakui sebagai salah satu karya sastra terbesar di bumi Nusantara, karena isinya yang sangat indah serta kandunganya yang kaya dalam mentafsirkan kehidupan beragama.

Sunan Bonang bukanlah hanya seorang ulama atau tokoh agama biasa. Ia adalah pionir dalam menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang inklusif dan ramah, yang pada akhirnya membawa manfaat besar bagi masyarakat Jawa dan Indonesia secara keseluruhan. Warisannya tetap menginspirasi dan mengajarkan kita tentang pentingnya membangun masyarakat yang berdasarkan pada nilai-nilai keadilan, toleransi, dan kasih sayang.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,093

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *