Info KlikersKlik NewsSosial Budaya

“Seni Pesona Dakwah: Jejak Batik Sunan Kudus dalam Menceritakan Kisah Islam”

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151103203520-277-89275/batik-kudus-media-penyebaran-islam-hingga-promosi-rokok Mas'udi. (2014). GENEALOGI WALISONGO:Humanisasi Strategi Dakwah Sunan Kudus. ADDIN, Vol. 8, No. 2,, 229. Agus Sunyoto, (2014). Atlas Walisongo; Buku Pertama yang Mengungkap Wali. Jakarta: Pustaka IIMaN Bekerjasama dengan Trans Pustaka dan LTN PBNU.hal 284

 Di tengah maraknya berita dan informasi terkini, seringkali kita terlewatkan akan kisah-kisah berharga tentang tokoh-tokoh yang memberikan kontribusi besar pada sejarah dan perkembangan masyarakat. Salah satu figur agung yang metodenya jarang terekspose di media adalah Sunan Kudus, seorang Wali Songo yang terkenal dengan pendekatannya yang unik dalam menyebarkan ajaran Islam.

Biografi Singkat

 Sunan Kudus lahir di Kudus pada tahun 1400 Masehi, pada masa penurunan kerajaan Hindu-Jawa dan dimulainya penyebaran Islam di Jawa. Silsilah Sunan Kudus memiliki banyak versi yang berbeda-beda. Meskipun demikian, terdapat keterkaitan yang saling menghubungkan satu silsilah dengan silsilah yang lain.

 Menurut catatan Agus Sunyoto dalam buku Atlas Walisongonya, beliau menggunakan versi Cirebon yang ditulis oleh Rachman Sulendraningrat dalam Sejarah Hidup Wali Songo (1998), Sunan Kudus disebut sebagai putra Sunan Undung. Sunan Undung sendiri adalah anak dari saudara Sultan Mesir dan adik dari Rara Dampul. Sunan Undung dan Rara Dampul pergi ke Puser Bumi di Cirebon, bertemu dengan Syarif Hidayat (sepupu mereka yang menjadi Sunan di Gunung Jati). Syarif Hidayat menyarankan agar Undung berguru kepada Sunan Ampel di Ampeldenta. Undung mengikuti saran tersebut, menjadi murid terkasih Sunan Ampel, dan menikah dengan cucu Sunan Ampel, yaitu Syarifah atau Nyai Ageng Manila, adik Sunan Bonang. Dari pernikahan ini, lahirlah Raden Fatihan atau Ja’far Shadiq, yang dikenal sebagai Sunan Kudus.

Baca juga :   Sunan Gresik: Jejak Cahaya dalam Kehidupan dan Keagungan Spiritual

Dalam penjelasan lain tentang silsilah Sunan Kudus menyatakan bahwa Sunan Kudus memiliki nama asli Sayyid Ja’far Shodiq. Sayyid Ja’far Shodiq merupakan putra dari Rden Utsman Haji bin Raja Pandita bin Ibrahim al-Samarqandi bin Maulana Muhammad Jumadi al-Kubra bin Zaen al-Husain bin Zain al-Kubra bin Ali Karamallah wajhah (suami dari Fatimah binti Rasulullah saw). Dalam kelanjutan keturunannya, Sunan Kudus menikahi Dewi Rukhil, putri Sunan Raden Maqdum Ibrahim, Kanjeng Sunan Bonang dari Tuban. Raden Maqdum Ibrahim sendiri adalah putra Raden Rahmad, Sunan Ampel. Raden Rahmad adalah putra Maulana Ibrahim al-Samarkandi, yang merupakan silsilah yang bertemu dengan istrinya dalam silsilah Sunan Kudus. Dari pernikahan Sunan Kudus dengan Dewi Rukhil, lahir seorang putra bernama Amir Hasan. (Mas’udi, 2014)

Metode Dakwah yang Unik

Sunan Kudus, atau dikenal juga dengan nama asli Ja’far Shadiq, tidak hanya dikenal sebagai tokoh keagamaan, tetapi juga sebagai seniman dan pejuang keadilan. Metodenya dalam berdakwah mencakup berbagai aspek, termasuk seni dan kebudayaan, yang kini jarang mendapat sorotan dalam pemberitaan mainstream.

Baca juga :   Sunan Kalijaga: Dakwah Islam Melalui Tembang Jawa yang Menawan

Sunan Kudus dikenal dengan metode dakwahnya yang inklusif. Ia tidak hanya berdakwah kepada orang-orang yang sudah mengenal Islam, tetapi juga aktif mendekati masyarakat non-Muslim. Dialog antaragama dan toleransi menjadi fokusnya, menciptakan kerukunan antarumat beragama di tengah masyarakat yang beragam.

Batik Sebagai Media Dakwah

Batik merupakan salah satu warisan budaya leluhur Nusantara. Menurut CNN Indonesia , batik Kudus digunakan sebagai media penyebaran Islam oleh Sunan Kudus. Pada masa penyebaran Islam oleh Sunan Kudus, batik merupakan salah satu media yang digunakan anggota wali songo itu dalam berdakwah. Sehingga, dalam beberapa motif, menceritakan kisah dalam ajaran Islam.

Salah satu contoh pendekatan beliau adalah penggunaan motif “menjangan” (rusa) dalam batik. Motif ini sering dianggap masyarakat Hindu sebagai lambang kemakmuran dan keharmonisan. Sunan Kudus memasukkan motif ini dalam batiknya, bukan sebagai bentuk pemujaan, melainkan sebagai media untuk berinteraksi dan berdialog dengan masyarakat Hindu.

Selain memanfaatkan motif, Sunan Kudus juga menggunakan proses pembuatan batik sebagai sarana dakwah. Beliau mengajarkan masyarakat teknik membatik sambil menyelipkan pesan ajaran Islam dalam setiap langkahnya. Misalnya, tahapan membatik yang penuh ketelitian dan kesabaran dikaitkan dengan pentingnya beribadah dengan khusyuk. Beliau juga mengajarkan tentang persatuan dan kesatuan melalui kolaborasi yang dibutuhkan dalam proses membatik.

Baca juga :   7 Saf Tangga Sunan Drajat : Filosofi Mendalam untuk Mengentaskan Kemiskinan dan Membentuk Karakter Unggul

Batik Sunan Kudus yang dikenal dengan sebutan “Batik Kudus” pun tak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat pesan nilai-nilai Islam. Hal ini terbukti dengan ditemukannya motif “daun lontar” yang melambangkan pentingnya belajar dan menuntut ilmu, serta motif “awan” yang melambangkan kemahakuasaan Allah.

Melalui batik, Sunan Kudus berhasil menyampaikan pesan Islam dengan cara yang halus dan santun. Batik menjadi media yang tak hanya menarik perhatian masyarakat, tetapi juga menjadi jembatan yang mempererat persaudaraan dan toleransi antar umat beragama.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,760

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *