Sosial BudayaSpecial KlikSpesial Klik

Mbah Ahmad Shodiq; Ulama, Mursyid Torekoh dan Pendiri Pesantren Tertua di Lampung

Ahmad Shodiq nama lengkapnya, biasa dipanggil Mbah Shodiq, ia merupakan seorang ulama, mursyid Thoriqoh dan pendiri pesantren tertua di Provinsi Lampung.

Mbah Shodiq merupakan seorang ulama terkemuka Provinsi Lampung, lahir pada 18 juli 1927 di tanah Jawa tepatnya di daerah Kawedanan Pare, Kediri, Jawa Timur. Ia lahir dari keluarga yang harmonis yang sangat mementingkan Pendidikan agama. Mbah Shodiq meninggal di Lampung pada hari jumat tanggal 13 oktober 2021 silam.

Masa kecil hingga remaja Mbah Shodiq, lebih banyak dihabiskan di Pulau Jawa. Mbah Shodiq menempuh pendidikan melalui jalar Madrasah yaitu Madrasah Ibtidaiah Salafiyah, Madrasah Tsanawiyah Salafiyah, dan Madrasah Aliyah Salafiyah di Jawa.

Pada saat usia remaja, setelah menyelesaikan pendidikan madrasahnya pada usia 18 tahun Mbah Shodiq sempat tertarik untuk bergabung dalam pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Namun, keinginan Mbah Shodiq tidak direstui oleh ibundanya.

Meski demikian Mbah Shodiq tetap ikut serta dalam meperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mbah Shodiq pernah ikut melawan penjajah Belanda dengan membuat jebakan ranjau untuk para penjajah Belanda.

Nyantri Puluhan Tahun

Selesai Pendidikan madrasah dan batal masuk TNI, Mbah Shodiq lalu memtuskan untuk melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren yang berjarak tidak jauh dari rumahnya yakni sekitar 3 (tiga) KM dari rumahnya. Mbah Shodiq nyantri di Pondok Pesnatren Darussalamah, Kencong, Pare, Kediri Jawa Timur di bawah pengasuh KH. Imam Faqih, atau sering dikenal Mbah Faqih.

Mbah Shodiq nyantri di Pesantren Darussalamah Kencong kurang lebih selama sembilan tahun. Usai menyelsaikan Pendidikan di Ponpes Darussalamah Kencong kemudian Mbah Shodiq memperdalam ilmu dengan nyantri di Pondok Pesantren Pedes di wilayah Jombang Jawa Timur.

Mbah Shodiq kemudian melanjutkan Pendidikan pesantrennya dengan memperdalam ilmu Al-Quran dan ilmu tarekat. Mbah Shodiq kemudian nyantri dan berguru kepada KH. Adlan Ali di Pondok Pesantren Cukir, Jombang, Jawa Timur.

Pendiri Pesantren Tertua di Lampung

Setelah meyelesaikan pendidikan pesantrennya di Kediri dan Jombang, Mbah Shodiq memutuskan untuk pindah ke Lampung.

Pada tahun 1963, Mbah Shodiq kemudian memutuskan pindah merantau ke Lampung. Ia mengikuti atau menyusul adik kandungnya yaitu Suroso. Adik Mbah Shodiq mengikuti program transmigrasi yang di tempatkan di wilayah Braja Dewa, Way Jepara, Lampung Timur Provinsi Lampung.

Saat tinggal di Lampung, berkat pendidikan pesnatrennya kemudian Mbah Shodiq diminta oleh warga Braja Dewa untuk membantu berdakwah bersama ulama yang ada di Lampung yaitu KH. Ismail.

Mbah Shodiq membantu KH. Ismail dengan ikut mengajar agama di Musholla. Biasanya di siang hari Mbah Shodiq bertugas sebagai hansip di Desa Braja Dewa. Kemudian malam hari Mbah Shodiq mengajar di musholla Desa.

Setahun Mbah Shodiq tinggal di Braja Dewa kemudian ia mendapatkan tanah wakaf dengan luas sekitar setengah hektar. Tanah itu kemudian dijadikan Mbah Shodik untuk lahan pendirian sebuah Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren.

Dan Pondok Pesantren tersebut kemudian menjadi Ponpes pertama atau tertua di wilayah Lampung. Pondok pesantren yang didirikan Mbah Shodiq tersebut diberi nama Ponpes Darussalamah. Namanya mirip dengan pesantren Mbah Shodiq di Kencong.

Pondok pesantren Darussalamah Braja Dewa Lampung Timur yang didirikan Mbah Shodiq merupakan pondok pesantren tertua di Provinsi Lampung.

Saat pertama kali pondok pesantren berdiri santri yang menyantri di pondok pesantren Mbah Shodiq berjumlah tujuh santri. Dan kini Ponpes Darussalamah memiliki ribuan santri.

Pada awal berdirinya Ponpes Darussalamah belum mempunyai gedung sehingga untuk kegiatan belajar santri harus berpindah-pindah. Namun dengan seiring berjalannya waktu masyarakat bergotong rotong membantu pesantren dan berhasil mendirikan ruang belajar santri.

Berkat persatuan dan kesatuan masyarakat Braja Dewa, maka berdirilah satu bangunan yang mana bangunan tersebut dijadikan dua lokal, atas dan bawah. Yang bagian atas digunakan untuk asrama santri dan yang bawah digunakan sebagai ruang belajar.

Lambat laun Ponpes Darussalamah semakin banyak mendirikan bangunan baik bangunan untuk sekolah maupun diniyahnya.

Kini selain memiliki ribuan santri, Ponpes Darussalamah juga banyak melahirkan para tokoh dan ulama.

Diantara santri-santri Mbah Shodiq yang kini menjadi kyai dan mendirikan peantren dimana-mana. Diantaranta adalah KH Khusnan Mustofa Ghufron (Darul A’mal Metro), KH Muchsin Abdillah (Darus Sa’adah Mojoagung, Gunungsugih), KH Nurcholis (Bandar Agung, Terusan Nunyai), KH Nur Daim (Darus Salamah, Bandar Agung), KH Sahlan (Darun Najah, Sekampung), KH Nasikhin (Darun Najah Brajaselebah), KH Wahib dan Muhid (Sumbersari, Way Jepara) dan KH. Syamsuddin Tohir ( Darul A’mal metro).

Mursyid Thoriqoh

Selain mengasuh Pondok Pesantren Mbah Shodiq juga menjadi mursyid tarekat Qadiriyah Wa Al-Naqshabandiyah di Lampung.

Mbah Shodiq menulis sebuah tuntunan buku tarekat yang diberi nama Air Jernih.

Banyak santri pondok pesantren di Lampung yang berbaiat thoriqoh dengan Mbah Shodiq. Kini pasca Mbah Shodiq wafat baiat tarekat dilanjutkan oleh putranya yang yaitu KH. Imam Sibawaih.

Dalam kesehariannya Mbah Shodiq menjaga sikap keistiqomahannya dalam berdakwah. Istiqamah dalam menjalankan ibadah dan menjalankan syariat, thoriqoh dan mengutamakan sholat jama’ah baik untuk dirinya sendiri dan santri-santrinya.

Selain itu, Mbah Shodiq juga memiliki sifat yang sangat sederhana. Walaupun telah menjadi kyai, Mbah Shodiq dalam kesehariannya tetap ikut bercocok tanam di sawah bersama santri-santrinya.

Mbah Shodiq wafat pada hari jumat tepatnya tanggal 13 oktober 2021, dan di makamkan di pemakaman keluarga besar Ponpes Darussalamah yang mana hingga saat ini banyak jamaah yang mengunjungi makam beliau untuk ziarah kubur yang dikenal dengan Makam Wali Sumatera Mbah Mad Shodiq.

Mbah Shodiq dan Gus Dur

Sebagai ulama dari Nahdaltul Ulama dan juga pendiri Thoriqoh di Lampung. Mbah Shodiq memiliki hubungan dekat dengan Gus Dur.

Kedekatan Mbah Shodiq dengan Gus Dur tidak lepas dari soosknya sebagai ulama NU, yang juga santri dari pesantren di Jombang dan Kediri.

Bahkan Mbah Shodiq aktif di struktur organisasi Nahdlatul Ulama dengan menjadi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Lampung (PWNU) Lampung. Mbah Shodiq juga menjadi Pengurus Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Sebagai pengurus NU, Mbah Shodiq memeiliki kedekatan dnegan Gus Dur. Ada suatu cerita dimana ketika Gus Dur dan Mbah Shodiq bertemu maka keduanya akan saling mencium tangan karena tokoh tersebut menganggap satu sama lain sebagai guru.

Beberapa kali dikisahkan Gus Dur sering berkunjung ke Pondok Pesantren Darussalamah untuk bersilaturahmi dan mengobrol dengan Mbah Shodiq.

Bahkan, selain dekat dengan Mbah Shodiq Gus Dur juga bersahabat dengan santri-santri Mbah Shodiq seperti KH. Khusnan Mustafa Ghufran (Santri Mbah Shodiq yang juga pendiri Pondok Pesantren Daru A’mal Metro, Lampung).

KH. Khusnan Mustafa Ghufran pernah suatu Ketika bercerita kdekatannya dnegan Gus Dur. Saat silaturahmi, Gus Dur pernah memberikan kenang-kenangan sebuah mobil sedan kepada KH. Khusnan yang sampai saat ini mobil sedan tersebut masih di simpan di rumah KH. Khusnan. [Fida Syahriyah]

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,544

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *