RegionalSosial BudayaSpecial KlikSpesial Klik

Beda Tradisi Nyorog Budaya Betawi Dulu dengan Sekarang

Tradisi Nyorog merupakan tradisi khas budaya masyarakat Betawi dari sejak dahulu. Biasanya dilakukan menyambut bulan ramadhan, jelang idul fitri atau menjelang proses pernikahan.

Tradisi Betawi ini berlangsung turun temurun, dahulu warga Betawi yang usia lebih muda menjelang ramadhan, idul fitri atau pesta pernikahan melakukan kegiatan silaturahmi ke sanak saudara, keluarga dan tetangga dengan membawa beberapa makanan dan lauk pauk dengan dibungkus dalam wadah bernama rantang.

Belakangan ini rasanya sudah semakin jarang menemukan masyarakat yang masih menjalankan tradisi nyorog.

Meskipun begitu, nyorog masih diterapkan oleh beberapa masyarakat Betawi asli yang sifatnya bukan lagi seperti perayaan seperti di masa dahulu melaikan hanya kegiatan personal warga. Sebaga pelestarian warisan budaya Betawi secara turun temurun.

Hal ini seperti yang dilakukan oleh masyarakat Betawi di daerah Kranggan, Bekasi. Tiap masuk bulan ramdahan, termausk bulan Ramadhan 2023 bertepatan pada 1444 H kemarin warga melaksakan tradisi nyorog.

Namun, praktiknya sudah mengalami perubahan dan penyesuaian jika dibandingkan dengan tradisi nyorog yang dilakukan di masa lalu.

Jika dahulu nyorog dilakukan dengan membawa makanan dengan cara yang khas yaitu dengan menggunakan rantang di dalamnya berisi opor ayam, ketupat, sayur untuk diberikan kepada orang tua, saudara dan tetangga. Berbeda dengan saat sekrang yang tidak menggunakan rantang lagi.

Gambar : Senibudayabetawi.com

Gambar : Senibudayabetawi.com

Masyarakat Kranggan mislanya, pada idul fitri 2023 mempraktekkan nyorog dengan cara yang berbeda. Mereka mengganti cara dalam melaksanakan tradisi nyorog.

Masyarakat Betawi tidak lagi berkunjung dengan membawa makanan yang diwadahi rantang. Namun, mereka hanya mewadai makanan tersebut dengan piring ataupun mangkuk.

“Dulu emak kalau nyorog ke saudara-saudara bawa makanannya pake (pakai) rantang neng.” Ujar Ibu Ena, salah satu warga asli Kranggan di depan rumahnya pada hari minggu (11/06/23).

Sebagian dari mereka pun menggantinya dengan membawakan makanan atau barang yang sudah siap saji yang mereka beli di toko.

Hal tersebut dilakukan karena sebagian orang beranggapan bahwa semakin kesini harga lauk pauk seperti daging, dan bahan pokok lainnya semakin mahal harganya. Selain itu melaukan pembelian makanan jadi seperti kue di dinilai lebih praktis dan mudah.

Bagi Masyarakat Kranggan, cara menjalankan tradisi nyorog yang berbeda-beda tidaklah salah dan dilarang.

Karena yang terpenting adalah tradisi nyorog dapat terus lestari dan nilai-nilai dari tradisi nyorog tersebut dapat diambil manfaat dan berguna bagi kehidupan bermasyarakat.

kompasiana.com

Gambar : kompasiana.com

Sejarah Nyorog

Munculnya tradisi ini merupakan bentuk lain dari Silaturahmi yang dilakukan masyarakat pada umumnya.

Biasanya tradisi nyorog dilakukan oleh masyarkat dengan kegiatan masyarakat berbagi bingkisan berupa makanan dan lauk pauk dengan orang tua, sanak saudara maupun tetangga.

Sebagai tradisi budaya Betawi, tradisi nyorog memiliki sejarah dan nilai-nilai kehidupan, dan tentu memiliki makna filosofisnya.

lalu, bagaimana tradisi nyorog budaya Betawai?

Dialnsir melalui situs Okezone.com, Yahya Andi Saputra (Budayawan Betawi) mengatakan bahwa tradisi nyorog berawal dari ritual atau kegiatan ritus baritan yaitu sebuah upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terkait peristiwa alam.

Ritual ini merupakan bentuk interaksi antara manusia, alam dan sang pencipta, yang mana masyarakat disatu daerah tersebut membawakan makanan atau sesajen yang dipersembahkan sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta karena telah memberikan tanah yang subur, dan berbagai tanaman kepada manusia.

Setelah berkembangnya proses islamisasi di Indonesia terutama pada wilayah Jawa Barat, Tradisi nyorog dijadikan sebagai bentuk silaturahmi ataupun penghormatan kepada keluarga yang lebih tua.

Keluarga yang lebih muda sowan ke yang lebih tua atau silaturahmi ke tempat orang tua maupun tetangga dengan membawa berbagai macam makanan.

Tradisi nyorog ini tidak hanya dilakukan untuk menyambut bulan suci ramadhan saja, tapi nyorog juga dilakukan ketika menjelang idul fitri dan saat ingin melangsungkan prosesi pernikahan. (Lusi Setiawati)

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,573

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *