Info KlikersSosial Budaya

Sunan Muria: Sang Pencipta Tembang Cilik dan Penyebar Islam dengan Pendekatan Budaya

Sunan Muria, atau dikenal juga sebagai Raden Umar Said, adalah salah satu dari sembilan wali yang dikenal sebagai Wali Songo, yang merupakan tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Nusantara.

Biografi Singkat

Sunan Muria, yang merupakan anak dari Sunan Kalijaga dan salah satu anggota Wali Songo, dikenal sebagai Wali Songo paling muda. Ia aktif dalam kegiatan dakwah di Jawa Tengah, terutama di daerah Gunung Muria yang berjarak sekitar 18 kilometer dari Kota Kudus.

Sunan Muria adalah satu dari sembilan Wali Songo yang terkenal dengan dakwahnya yang penuh dengan seni dan budaya.  Beliau merupakan sosok penting dalam sejarah penyebaran Islam di daerah Jawa Tengah. Beliau dilahirkan di Desa Kalibagor, Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 1479 M. Ayahnya adalah Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang terkenal, dan ibunya adalah Dewi Saroh binti Maulana Ishak.

Dilansir dari detik.com, nama asli Sunan Muria adalah Raden Umar Said. Dalam hal nama, beberapa catatan sejarah juga menyebut bahwa Sunan Muria juga dikenal dengan nama Raden Prawoto dan Raden Amir. Sejak masa kecil, Sunan Muria telah mendapatkan pengajaran agama Islam dari ayahnya, yakni Sunan Kalijaga.

Baca juga :   Jejak Abadi Sunan Ampel: Peran Sentral dalam Penyebaran Islam dan Warisan Budaya Jawa Timur

Selain Sunan Kalijaga, Ki Ageng Ngerang juga menjadi pendidik bagi Sunan Muria. Dalam beberapa catatan sejarah, diceritakan bahwa Sunan Muria menikahi Dewi Roro Noyorono yang merupakan putri dari Ki Ageng Ngerang, putri dari gurunya sendiri.

Dakwah Sunan Muria

Dalam menyampaikan ajarannya, Raden Umar Said banyak menerapkan metode yang diadopsi oleh ayahnya dalam menyebarkan Islam. Meskipun demikian, fokus utama dari dakwahnya adalah di daerah terpencil dan jauh dari pusat kota. Tempat tinggalnya berada di Desa Colo, sebuah pemukiman yang terletak di puncak Gunung Muria.          

Sunan Muria lebih fokus pada masyarakat umum daripada golongan bangsawan dalam menyebarkan agama Islam. Ia lebih memilih hidup berdampingan dengan rakyat jelata daripada tinggal di pusat Kerajaan Demak. Pendekatannya dalam berdakwah, yang dikenal dengan sebutan Topo Ngeli, menunjukkan kecenderungannya untuk terlibat sepenuhnya dalam kehidupan masyarakat. Raden Umar Said sering berinteraksi dengan kalangan pedagang, nelayan, dan pelaut.

Dalam proses berdakwah, Sunan Muria mengadopsi beberapa metode, di antaranya adalah dakwah bil hikmah, dan  menjaga kesenian gamelan serta wayang

Baca juga :   7 Saf Tangga Sunan Drajat : Filosofi Mendalam untuk Mengentaskan Kemiskinan dan Membentuk Karakter Unggul

Sunan Muria dikenal sebagai pendakwah agama Islam yang sering menggunakan pendekatan budaya dalam mengenalkan Islam. Beliau menggunakan seni tembang, wayang, dan gamelan untuk menarik minat masyarakat terhadap Islam. Salah satu karyanya yang terkenal adalah tembang Asmaradana yang berisi ajaran tasawuf.

Tembang Cilik dan Sekar Alit

Sunan Muria juga dikenal sebagai pencipta tembang-tembang cilik (sekar alit) jenis Sinom dan Kinanthi. Tembang-tembang ini mudah dipahami dan dinyanyikan oleh anak-anak, sehingga menjadi media yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada mereka.

Keduanya mengandung pesan dan ajaran moral hidup Sunan Muria. Tembang Sinom menjadi seruan dari Sunan Muria kepada para pengikutnya untuk mengambil contoh perilaku positif dari Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya. Pendiri Kerajaan Mataram itu dikenal karena dedikasinya pada masyarakat dan negara, serta usahanya yang gigih dalam melakukan tapa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Sementara itu, pada bait kedua tembang Kinanti, Sunan Muria mengajak untuk melatih diri dan hati. Pesan tersebut bermakna, “Latihlah diri dan hati, mencapai wahyu atau ilham untuk menjadi bijak, bukan hanya bersantai-santai, kemampuan harus dikembangkan, persiapkan jiwa dan fisik, kurangi aspek makan dan tidur.”

Baca juga :   Sunan Kalijaga: Dakwah Islam Melalui Tembang Jawa yang Menawan

Sunan Muria meninggal dunia pada tahun 1551, dan dimakamkan di lereng Gunung Muria yang terletak di Kecamatan Colo, sekitar 18 kilometer dari Kota Kudus.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,730

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *