berita klikersEkonomiHeadlineInfo KlikersKlik News

Biaya Proyek KCJB Membengkak, Achmad Baidowi : Persoalan Bisnis Harus Diselesaikan dengan Metode Bisnis Bukan dengan APBN

KLIKERS.ID – Anggota Komisi VI DPR RI Achmad Baidow meminta persoalan membengkaknya biaya proyek atau cost overrun Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung sebesar USD1,2 miliar dapat diselesaikan dengan metode bisnis bukan dibebankan kepada APBN.

Seperti diketahui sebelumnya, China meminta pemerintah Indonesia untuk menjadikan APBN sebagai jaminan atas membengkaknya biaya pembangunan proyek KCJB yang mencapai Rp8,3 triliun dan mematok bunga utang sebesar 3,4 persen.

Oleh karena itu Baidowi meminta pemerintah harus mendesak China agar komitmen dengan kesepakatan awal, menurutnya persoalan bisnis harus diselesaikan dengan metode bisnis bukan dengan APBN.

“Proyek Kereta Cepat awalnya adalah Business to Business sehingga permasalahan pembengkakan biaya selama proyek berjalan dapat diselesaikan dengan mekanisme bisnis, bukan melibatkan APBN yang notabene hasil pungutan pajak masyarakat,” ungkap Awiek sapaan Achmad Baidowi kepada wartawan, Minggu (16/04/2023).

Senator asal Madura ini juga menilai bahwa menjadikan APBN sebagai jaminan utang bukanlah solusi ideal saat ini karena masih ada prioritas belanja pemerintah di sektor lain yang perlu dipertimbangkan.

Baca juga :   Dasco : Inti Kompetisi Demokrasi adalah Siap Menang dan Kalah

“Saat ini APBN sedang mengejar target defisit wajib kembali ke bawah 3% sebelum 2024, sementara belanja perlindungan sosial, pengendalian inflasi, belanja pendidikan dan belanja rutin wajib diprioritaskan pemerintah. Ruang fiskal jelas akan semakin tertekan jika utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung dijaminkan APBN, meski bentuknya penjaminan tetap ada risiko APBN yang terlibat dalam pembayaran bunga dan cicilan pokok apabila konsorsium Kereta Cepat mengalami kesulitan pembayaran utang,” kata dia.

Politisi Fraksi PPP ini juga mendesak pemerintah untuk bersikap tegas terhadap China atas permintaannya untuk menjadikan APBN Indonesia sebagai penjamin pinjaman utang Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Menurutnya, negosiasi penambahan utang KCJB sebesar Rp8,3 triliun dengan pihak kreditur China perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.

“Kami menilai, kenaikan biaya konstruksi atau cost overrun terjadi akibat perencanaan proyek yang kurang matang, sehingga selama proyek dijalankan terdapat kenaikan biaya bunga, biaya tenaga kerja, hingga biaya pembebasan lahan. Kondisi tersebut seharusnya sudah tercermin pada saat uji kelayakan proyek dilakukan. Kesalahan dalam perencanaan, tidak bisa hanya dibebankan kepada pihak BUMN dan pemerintah Indonesia,” ujar Awiek

Baca juga :   BRIN Perlu Tingkatkan Koordinasi dengan Kemendikbud terkait ‘Heritage Impact Assessment’ Borobudur

Pihaknya juga menegaskan jika Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung secara finansial memiliki masa pengembalian investasi yang cukup panjang dan dipastikan dapat memberikan risiko yang sangat besar bagi APBN. Untuk itu, ia meminta pemerintah untuk waspada terhadap skenario debt trap. 

“Kami meminta agar Pemerintah waspada terhadap skenario debt trap atau jebakan utang dimana proyek yang membebani BUMN dan anggaran Negara sengaja diciptakan dengan skenario tertentu oleh pihak kreditur sehingga pengelolaan aset strategis nasional pindah ke tangan asing,” sambungnya.

Terakhir Awiek meminta pemerintah untuk menaikkan daya tawar terhadap pihak kreditur China dalam mencari jalan keluar hutang Kereta Cepat. “Pemerintah sebaiknya menawarkan penjaminan melalui aset Kereta Cepat atau pemisahan risiko di PT PII. Masih banyak opsi yang rendah risiko dan tidak menimbulkan tekanan keuangan Negara khususnya ketika risiko gagal bayar tinggi. Pemerintah juga dinilai perlu terus transparan mengungkapkan kepada masyarakat konsekuensi dari tiap skema yang dipilih,” pungkasnya

Baca juga :   Dasco : Inti Kompetisi Demokrasi adalah Siap Menang dan Kalah

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,958

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *