Opini

Mengapa Kita Menulis?

Oleh : Abdul Hamid (Rektor Institut Agama Islam Al-Fatimah Bojonegoro)

Mengapa kita harus menulis? Tulisan saya mulai dengan pertanyaan, pertanyaan untuk diri say asendiri. ya, menulis bukan untuk memperoleh nota semata, menulis, bukan untuk merasa lebih dari yang lain, menulis, bukan untuk mencari perhatian.

Menulis adalah cara untuk menasehati diri sendiri, mengikat banyak hikmah yang sudah kita kumpulkan sampai hari ini. Agar menjadi pengingat bahwa apa yang pernah kita tulis adalah jejak-jejak amal dan tentu akan diperhitungkan kelak di alam sana.

Terlalu banyak lautan ilmu yang harus di tulis, sayangnya saya tidak mampu untuk menggoreskannya semua. Maka saya akan mulai dengan mengalir saja dan akan berhenti sesuai kata hati dan gerakan jempol saya.

Sang Inspirator, itulah gelar yang pantas dan layak untuk disematkan kepada Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, M.Pd., Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pertanyaannya adalah “Mengapa beliau bersemangat dalam menulis?” jawabannya adalah karena merasa kurang dan bodoh sehingga beliau rajin menulis. Bahkan pernah dalam satu tahun penuh (365 hari) beliau menulis tanpa ada jeda sehari pun. Ternyata itulah rahasianya, karena merasa kurang dan merasa bodoh, ditambah lagi selama bersekolah selalu memperoleh nilai Bahasa Indonesia yang jelek. Sehingga dari sinilah kemudian beliau menulis tanpa beban.”Tugas saya menulis, kalau hasilnya jelek ya pantas karena penulisnya bodoh, salah sendiri mau membaca tulisan orang bodoh”. Itulah yang selalu beliau sampaikan, padahal tulisan beliau bak berlian dan permata, banyak yang mencari karena sangat menarik, sehingga para pembaca pasti akan memperoleh manfaat dan tambahan wawasan pengetahuan.

Kira-kira apa yang terbayang dalam benak anda ketika mendengar kata-kata “menulis?” Ya, suatu aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis pada mediumnya. Sebagai sebuah ragam komunikasi, setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat dalam menulis. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau sesuatu yang disampaikan penulis, (3) saluran atau medium berupa lambang-lambang bahasa tulis seperti rangkaian huruf atau kalimat dan tanda baca, serta (4) penerima pesan, yaitu pembaca, sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis.

Diantara manfaat menulis salah satunya adalah mengembangkan kecerdasan. Menurut para ahli psikolinguistik, menulis merupakan suatu aktivitas kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmoniskan berbagai aspek, seperti pengetahuan tentang topik yang dituliskan, kebiasaan menata isi tulisan secara runtut dan mudah dicerna, wawasan dan keterampilan meracik unsur-unsur bahasa sehingga tulisan menjadi dan enak dibaca, serta kesanggupan menyajikan tulisan yang sesuai dengan konvensi atau kaidah penulisan

Jadi intinya, siapa pun bisa menulis! Bukan bakat yang menentukan, tetapi minat, antusiasme, dan kesanggupan untuk terus berlatihlah yang membuat seseorang berhasil menulis. Memang menulis juga ada ujiannya, tetapi tidak seberat ujian hidup juga. Terkadang duduk berjam-jam tidak ada satu pun kata yang bisa ditulis. Ya itulah tantangannya, memang kita dituntut untuk bisa mengintegrasikan antara pikiran, anggota tubuh dan hati. Pondasinya adalah kesabaran dan atapnya adalah ketelatenan.

Dan akhirnya, saya mengajak kepada diri saya sendiri serta kepada seluruh civitas akademika Institut Agama Islam Al-Fatimah untuk bersama-sama menjadikan kampus ini dengan budaya kampus menulis. Mari, rubah dunia dengan tulisan anda.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 149

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *