Opini

Potensi Besar Rumput Laut Indonesia dalam Ekspor dan Pengolahan: Fakta dan Arah Pengembangan

By: I. Aeni Muharromah ( Humas BRIN)

Setiap hari, seorang ibu harus berpikir keras untuk menyajikan makanan terbaik bagi keluarganya. Ketika saya kehabisan ide dalam memasak, saya mulai mencari inspirasi segar untuk menu makanan, dan saya menemukan situs The Asean Parent yang memiliki 11.428 resep olahan rumput laut yang enak dan mudah. Ternyata, masyarakat sangat akrab dengan cara mengolah berbagai makanan dari rumput laut menjadi hidangan lezat dan bergizi. Saya pun termotivasi untuk mencoba beberapa resep masakan tersebut, dan baik anak-anak maupun orang tua sangat menyukainya. Rumput laut mudah ditemukan, banyak dijual di pasar tradisional maupun supermarket.

Di Indonesia, rumput laut dikenal karena kualitasnya yang baik dan diminati karena mengandung sumber daya alam seperti keragian, agar-agar, dan alginate yang tinggi, sehingga cocok digunakan sebagai bahan baku dalam industri makanan, sebagai pemanis alami, untuk mencegah pembekuan es krim, dan dalam produksi obat-obatan.

Letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan memberikan potensi besar dalam pemanfaatan sumber daya laut guna mendukung perekonomian nasional. Luasnya perairan laut yang mengelilingi kepulauan Indonesia menawarkan kekayaan sumber daya laut yang melimpah. Rumput laut merupakan salah satu jenis biota laut yang memiliki beragam spesies di Indonesia. Keanekaragaman spesies rumput laut ini tidak hanya berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem, namun juga memberikan manfaat yang besar. Manfaat rumput laut ini sangatlah beragam, di antaranya sebagai bahan baku dalam industri makanan, kosmetik, konstruksi, farmasi, kesehatan, dan kedokteran. Sehingga, banyak masyarakat, terutama di daerah pesisir, yang telah membudidayakan berbagai jenis rumput laut.

Potensi

Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan, produksi rumput laut Indonesia mencapai 9,12 juta ton pada 2021. Dengan potensi yang dimiliki, sampai dengan September 2022, volume ekspor rumput laut Indonesia di angka 180,6 ribu ton dengan nilai mencapai USD455,7 juta, atau meningkat 93% dibanding periode sama di 2021. Adapun negara tujuan ekspor yang utama adalah Tiongkok. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi rumput laut di Indonesia tersebar di 23 provinsi. Peringkat lima besar provinsi penghasil rumput laut adalah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

Baca juga :   Tingkatkan Produksi Rumput Laut, Menko Luhut Sebut Potensi Hilirisasi Sangat Besar

Produksi rumput laut di Sulawesi Selatan mencapai 1,63 juta ton basah pada 2020. Kemudian di posisi kedua Nusa Tenggara timur dengan produksi rumput laut sebesar 1,03 juta ton basah. Kalimantan Utara memproduksi rumput laut sebesar 441,1 ribu ton basah, diikuti Sulawesi Tengah 419,9 ribu ton basah, dan Nusa Tenggara Barat 402, 6 ribu ton basah.

BPS juga mencatat rumput laut Indonesia memiliki andil besar dalam pasar rumput laut dunia. Menurut data International Trade Center, pada 2018 ekspor rumput laut Indonesia dalam bentuk bahan mentah menduduki peringkat pertama dunia, yakni mencapai 205,76 ribu ton.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat, nilai ekspor rumput laut dari Indonesia ke Negeri Tirai Bambu itu mencapai US$149,3 juta dengan volume 148,3 ribu ton. Korea Selatan berada di peringkat kedua dengan nilai ekspor rumput laut US$9,6 juta dan volume 7,8 ribu ton. Setelahnya ada Chili dengan nilai ekspor rumput laut sebesar US$5,8 juta dan volume 3,4 ribu ton.

Sedangkan, nilai ekspor rumput laut dari Indonesia ke Vietnam tercatat sebesar US$3,8 juta dengan volume 6,1 ribu ton. Kemudian, nilai ekspor rumput laut ke Prancis sebesar US$3,6 juta dengan volume 3,3 ribu ton. Secara total, nilai ekspor rumput laut dari Indonesia sebesar US$181,4 juta pada 2020, turun 15,7% dari US$215,2 juta pada 2019. Volume ekspor rumput laut dari Indonesia pun tercatat menurun. Pada 2020, volumenya sebesar 177,9 ribu ton, turun 7% dari 191,2 ribu ton pada 2019.

Baca juga :   Tingkatkan Produksi Rumput Laut, Menko Luhut Sebut Potensi Hilirisasi Sangat Besar

Arah Pengembangan

Indonesia memliki potensi besar dalam produksi dan pengolahan rumput laut.  Indonesia memiliki produksi rumput laut terbesar kedua di dunia. Pada 2022, Indonesia menghasilkan 9,6 jutaan ton produksi rumput laut, 65% produksi budidaya perikanan nasional, 63 ribu rumah tangga dalam budidaya rumput laut, menurut Fahrurrozi, Kepala Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat pada Organisasi Riset Kebumian dan Maritim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat menerima kunjungan dari Partisipan 2023 Indonesia – Taiwan Industrial Collaboration Forum (ITICF) di BRIN Jakarta (1/11).

Dia menuturkan potensi yang besar ini dapat diaplikasikan di bidang farmasi, functional food, bioplastic, biostimulants, dan bioethanol di Lombok yang sedang mengembangkan rumput laut. Saat ini Indonesia sedang melakukan proyek percontohan nasional penerapan budidaya rumput laut skala besar, BRIN sebagai Lembaga riset terus melakukan Kerjasama dalam dan luar negri untuk mengembangkan budaya, pengolahan dan hilirisasi industri rumput laut ini.

Indonesia menyediakan lingkungan yang ideal untuk budidaya rumput laut, dengan beragam spesies yang tumbuh subur di perairan tersebut. Pengelompokan tumbuhan rumput laut termasuk ke dalam makroalga, yang tidak memiliki akar, daun dan batang sejati (Thallophyta). Terdapat thallus yang menggantikan fungsi akar pada tumbuhan, yaitu sebagai penyerap hara dan nutrisi dari sekitar. Proses fotosintesis pada tumbuhan juga terjadi pada rumput laut karena telah memiliki klorofil dan terjadi di bagian thallus (autotrof). Indonesia harus bisa menjadi “champion” untuk komoditas rumput laut. Terlebih dengan makin berkembangnya inovasi dan teknologi, komoditas yang dijuluki “emas hijau perairan nusantara” ini dapat diolah menjadi beragam produk bernilai tambah serta memiliki nilai ekonomis tinggi.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memfasilitasi investasi usaha rumput laut di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Dukungan yang akan diberikan di antaranya modelling usaha rumput laut dengan mengintegrasikan ekosistem dari hulu ke hilir. Terkait hilirisasi diantaranya dilakukan penanganan pascapanen yang baik, modernisasi pengeringan, packaging, pengaturan tata niaga, hingga penyediaan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Sehingga kini diharapkan, dapat dihasilkan rumput laut kering sesuai standar bahan baku industri. Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut yang sangat potensial di Sulawesi Tenggara. Sebagai gambaran, pada 2022, produksi rumput laut kering di daerah ini mencapai 3.951 ton. Adapun potensi lahan yang tersedia seluas 5.236 ha dan tersebar di Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, dan Tomia.

Baca juga :   Tingkatkan Produksi Rumput Laut, Menko Luhut Sebut Potensi Hilirisasi Sangat Besar

Arah kebijakan riset yang dilakukan BRIN untuk menghasilkan riset dan teknologi dalam pengolahan rumput laut baik untuk pangan atau non pangan berdasarkan kebutuhan di lapangan. Kerjasama dan koordinasi antar pemangku kepentingan harus dijalin terus melalui studi-studi lapangan. Selanjutnya hasil riset dan inovasi dapat didesiminasikan dan diimplementasikan oleh KKP, Marves, dan pemda atau pemkab. Bila rantai ini berjalan baik, maka Indonesia bisa menjadi pemain rumput laut dunia yang handal. Sinergitas antar stakeholders diperlukan untuk bergerak dan maju bersama.

Teknologi 

Pengembangan teknologi budidaya dan pengolahan untuk makanan skala home industry sudah banyak digunakan masyarakat. Untuk skala industri menengah yang lebih besar perlu mendapat perhatian khusus dari pemeritahan melalui berbagai riset dan BRIN sebagai badan riset harus terus berkontribusi menciptakan teknologi dan inovasi. Sinergisitas antar stake holder untuk pendampingan hingga hilirisasi produk perlu dipetani. Teknologi budidaya rumput laut disatu daerah mungkin berbeda. Pemanfaatan teknologi dari hulu ke hilir harus terdokumentasi dengan baik sehingga pengembangan di suatu daerah bisa menjadi role model dan bisa dikembangkan untuk daerah lain. KKP harus memiliki bank data teknologi wilayah mana yang harus difokuskan untuk bidang makanan, farmasi, functional food, bioplastic, biostimulants, dan bioethanol. Untuk pemanfaatan penggunaan teknologi tersebut juga bisa melalui kerjasama bilateral supaya tidak tertinggal.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 140

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *