Opini

Makna Pemberian-2(selesai)

Oleh: Karlina Helmanita

(Dosen UIN Syarif Hidayatullah dan Founder Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia)

Kata العطاء “al’atha’ atau “pemberian” diambil dari kata اعطى “a’thaa” artinya “memberi”, dari Al-Maany.

Ibnu Atha’illah melanjutkan makna pemberian lebih dalam pada hikmah berikut,

متى اعطاك اشهدك بره، ومتى منعك اشهدك قهره، فهو في كل ذلك متعرف اليك ومقبل بوجود لطفه عليك.
Mata a’thaaka asyhadaka birrahu, wamata mana’aka asyhadaka qahrahu, fahuwa fii kulli dzaalika muta’arrifun ilaika muqbilun biwujuudi luthfihi ‘alaika

“Ketika Dia memberimu, Dia mempersaksikan kebaikanNya. Ketia Dia menghalangimu (tidak memberimu), Dia memperlihatkan kuasaNya. Pada semua itu, Dia memperkenalkan diri kepadamu dan mendatangimu lewat kelembutanNya.”

Makna memberi pada hikmah ini berada pada maqam Rabb yang Mahatinggi. Ketika Allah memberi sesuatu kepada kita, Ia menampakkan sifat2 kebaikanNya, berupa kemuliaan, kemurahan, kebaikan, kelembutan, kasih sayang, dan sebagainya. Ketika Dia menolak memberimu, Dia menampakkan sifat2 kuasaNya yang mengandung keperkasaan, keunggulan, paksaan, kesombongan, kekerasan, dan ketidakbutuhanNya. Dalam dua kondisi itu, Allah mendekatimu dan menghendakimu untuk mengenaliNya.

Maka pahamilah dengan kedua cara itu, Allah mendekatimu. Karena pengetahuanmu tentang sifat2 kebaikan dan kuasaNya merupakan karunia dan kasih sayang terbesarNya. Karenanya, betapa pantas kita mensyukurinya.

Selain rasa syukur, makna pemberian sufistik pada hikmah ini menganjurkan kita mengenali sifat2 Tuhan dan nama2 baikNya. Siapa yang mengenal Sangpecinta, ia tidak akan terlena oleh kepentingan diri sendiri. Ia tidak akan membedakan antara pemberian dan penolakanNya, karena masing2 merupakan jalan yang membawanya menuju makrifat tentang sifatNya, baik yang berhubungan dengan sifat2 baikNya maupun dengan sifat2 kuasaNya.

Namun berhati2lah, berbeda dengan sang Khaliq, pemberian dari makhluk adalah keterhalangan karena di dalamnya tersimpan kecintaan terhadap mereka akibat pemberian itu. Dapat saja kita mengikuti keinginan mereka agar bisa mendapatkan pemberian itu. Sementara itu, penangguhan pemberian Allah merupakan kebaikan karena Dia adalah sang kekasih. Setiap yang dilakukan seorang kekasih, tentu dicintai oleh yang mengasihinya.

Dalam wasiatnya, Ali bin Abi Thalib berkata, “Jangan anggap ada pemberi nikmat selain Allah! Anggap nikmat yang kamu terima dari selainNya sebagai utang yang harus kamu bayar!”

Teruslah bermanfaat, menjadi pemberi yang tangan di atas dan tetap menunduk dalam KuasaNya, tanpa beban seringan kapas dan seluas samudera.

Salam Memberi Untuk Semua.
Wujudkan Pesantren Jendela Dunia.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 140

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *