Special Klik

Pesan Kemanusiaan dari Lapangan Hijau: Hentikan Eksploitasi Pekerja Migran di Qatar

Media asal Inggris, The Guardian, pada Selasa (23/02/2021), melaporkan adanya 6.500 pekerja migran meninggal dunia di Qatar.

Mereka adalah para pekerja yang siang dan malam berjibaku di tengah pembangunan infrastruktur demi suksesnya Piala Dunia 2022.

Otoritas Qatar mengungkapkan kematian para pekerja migran itu karena sebab alamiah. Mereka menyebut dengan cardiac arrest, atau gagal jantung.

Namun, dalam laporan The Guardian, mayoritas angkatan pekerja di sektor konstruksi Qatar sudah lolos uji kesehatan dan usianya relatif muda.

Pada laporan sebelumnya, pada 2019, The Guardian menyampaikan korelasi antara kematian ratusan pekerja dengan suhu ekstrem di Qatar.

Pada musim panas, suhu udara di Qatar bisa memuncak sampai 45 derajat Celsius selama 10 jam lamanya. Pemerintah Qatar sebenarnya sudah meregulasi aturan dengan melarang bekerja di bawah terik matahari langsung.

Namun, penemuan The Guardian menyebutkan di luar jam-jam terlarang pun, para pekerja masih terpapar panas tinggi yang berisiko.

Baca juga :   Orasi di Hadapan Apdesi, Anggota Baleg Terima Audiensi Demonstran

Diberitakan dari tirto.id, meninggalnya para pekerja migran itu tidak semuanya terkait dengan pembangunan stadion, tetapi sebagian pada pembangunan proyek penyokong, seperti hotel, jalan dan taman.

Mustafa Qadri dari Amnesty International pada 2015 mengatakan pembangunan yang membeludak di Qatar jelas-jelas didorong oleh berbagai kepentingan  penyelenggaraan Piala Dunia 2022.

“Tak diragukan lagi, terlalu banyak pekerja migran yang meninggal di Qatar, apa pun penyebabnya,” katanya yang dikutip dari tirto.id, Kamis (04/03/2021).

Protes dari Lapangan Hijau

Laporan The Guardian tersebut memantik sejumlah protes dari pemain sepak bola di Eropa.

Tim asal Skandinavia, Norwegia melakukan protes itu menjelang pertandingan melawan  Gibraltar, Rabu (24/03/2021).

Mereka menggunakan kaos putih bertuliskan “Respect Human Rights on off the Pitch”, yang artinya Hak Asasi Manusia, di Dalam dan di Luar lapangan.

Kapten tim Martin Odegaard menyampaikan bahwa aksi tersebut murni dari rasa empati para pemain.

“Saya mendapat kesan bahwa banyak yang tertarik dengan ini, peduli dan ingin melakukan sesuatu untuk mencoba dan berkontribusi dengan cara yang baik,” kata Odegaard yang dikutip dari detik.com, Kamis (25/03/2021).

Baca juga :   Gelar Seminar Strategi Layanan Informasi di Era Global, Perpustakaan DPR Perkuat Kolaborasi di Kancah Internasional

Selain Norwegia, Tim Panzer Jerman juga melakukan aksi serupa. Menjelang pertandingan melawan Islandia pada Kamis (25/03/2021), para pemain mengenakan kaos hitam bertuliskan “Human Rights”, yang artinya Hak Asasi Manusia.

Gelandang timnas Jerman Leon Goretzka menyatakan isu tentang HAM tidak bisa diabaikan begitu saja.

“Kami akan melakoni Piala Dunia dan harus ada diskusi tentang itu dan tidak ingin isu tersebut terabaikan,” kata Goretzka yang dikutip dari bisnis.com, Jumat (26/03/2021).

Dilansir dari Antara, protes yang dilakukan oleh  Timnas Jerman tersebut bahkan mendapat dukungan dari pemerintah Jerman.

Menurut Juru Bicara Kanselir Angela Merkel sikap tersebut menegaskan kembali nilai yang dibela bangsa Jerman.

Sementara itu Induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, sejauh ini belum merespon dugaan ekspolitasi terhadap para pekerja migran di Qatar.

Namun, FIFA menghormati protes para pemain di lapangan karena merupakan bagian dari kebebasan perpendapat. (*)

Peneliti, Penulis, Penikmat Bola

What's your reaction?

Related Posts

1 of 556