Klik NewsPolitik

PAN: Koalisi Partai Islam Kontraproduktif

Wacana pembentukan koalisi partai politik berbasis massa Islam untuk Pemilu 2024 dinilai kontraproduktif dengan upaya untuk melakukan rekonsiliasi nasional.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan pada Jumat (16/04/2021).

“Saya menilai wacana ini justru kontraproduktif dengan upaya kita melakukan rekonsiliasi nasional, memperkuat dan memperkokoh persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa dan negara,” kata Zulkifli.

Zulkifli mengatakan wacana koalisi partai Islam 2024, justru akan memperkuat politik aliran di Indonesia, padahal itu merupakan sesuatu yang harus kita hindari.

Ia mengungkapkan saat Pilpres 2019 begitu kuat menggunakan sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), politik aliran, dan politik identitas.

Menurut dia, “luka” dan trauma yang ditimbulkan oleh ketegangan dan tarik menarik itu masih terasa, karena rakyat masih terbelah, meskipun elite cepat bersatu.

“Buktinya capres dan cawapres yang menjadi lawan dari pasangan pemenang, saat ini sudah bergabung,” ujarnya pula.

Baca juga :   Orasi di Hadapan Apdesi, Anggota Baleg Terima Audiensi Demonstran

Zulkifli menjelaskan PAN sendiri saat ini sedang memperjuangkan dan memperkuat politik gagasan, yaitu politik yang mengedepankan konsep dan program.

“Seharusnya saat ini kita bersama-sama berpikir untuk kesejahteraan rakyat, mewujudkan ide kesetaraan, merumuskan gagasan tentang kedaulatan, dan seterusnya,” katanya lagi.

Wakil Ketua MPR RI itu mengajak semua pihak sama-sama berpikir bagaimana agar memiliki pemerintahan yang bersih, bagaimana memiliki hukum yang adil, bagaimana agar kita memiliki ekonomi yang setara.

Selain itu, menurut dia, harus memikirkan bagaimana agar kita tidak lagi bergantung pada impor pangan dari negara lain, bagaimana memperkuat militer dan pertahanan kita, bagaimana menciptakan harmoni di tengah segala perbedaan yang ada.

“Gagasan PAN tentang Islam adalah Islam substansial, Islam tengah (wasathiyah), ajaran Islam yang diterjemahkan ke dalam berbagai dimensi kehidupan. Gagasan Islam yang rahmatan lil ‘alamin, dalam bahasa Buya Hamka, Islam garam, isi dan substansi bukan Islam gincu,” ujarnya lagi. (*)

Baca juga :   DPR RI Dorong Dibentuknya Komisi Perempuan di APA
Peneliti, Penulis, Penikmat Bola

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,261

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *