Ditjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementrian Agama (Kemenag) akan menyelenggarakan pengaderan muballigh-muballighah secara nasional.
Tujuan dari acara ini adalah untuk mencetak muballigh-muballighah berwawasan Islam moderat.
Acara yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Muhammadiyah Amin saat menyampaikan kebijakan Ditjen Bimas Islam mengenai Penyusunan Regulasi Dakwah di Depok, Jawa Barat, Kamis (28/02/2019).
Menurut Amin, saat ini banyak pendakwah yang ceramahnya penuh dengan caci maki dan ujaran kebencian sehingga jauh dari nilai Islam rahmatan lil ‘alamin.
“Saya berharap dari program pengaderan Muballigh-Muballighah ini akan lahir para penyampai pesan agama yang moderat, yang betul betul bisa menyampaikan bahwa Islam itu rahmatan lil ‘alamin sehingga dapat meningkatkan moderasi kehidupan beragama dan berbangsa,” ujarnya.
Program kaderisasi lanjut Guru Besar Bidang Hadis ini, adalah dalam rangka penguatan kompetensi muballig serta dalam rangka penyediaan muballig diseluruh Indonesia untuk pemerataan dakwah.
Pengaderan muballigh, imbuh Amin, sejatinya merupakan program yang dulu rutin diselenggarakan Ditjen Bimas Islam dengan nama Pengaderan Calon Dai Muda atau dikenal dengan sebutan PCDM.
Diakhir sambutan, mantan Rektor IAIN Gorontalo ini berpesan agar peserta pengkaderan bukanlah muballig yang sudah berwawasan moderat.
Ia berharap kegiatan ini mampu menjaring para dai di daerah yang masih memiliki persoalan moderasi beragama dan wawasan kebangsaan.
Sebelumnya, ditempat yang sama, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia, KH. Cholil Nafis menekankan pentingnya program pengaderan.
Menurutnya, program pengaderan adalah upaya menjamin kualitas muballig dan mutu materi dakwah.
Bahkan, Dosen Universitas Indonesia ini menegaskan pentingnya da’i bersertifikat, hal itu agar ada pihak yang menjamin atas apa yang disampaikan ke publik. (*)