Klik NewsSosial Budaya

Diskusi Thinkers’ Talk Sastra Inggris UNPAM:“Seks, Gender dan Gerakan Feminisme”

Sastra Inggris Universitas Pamulang bekerjasama dengan Kliksaja.co dan U’LCEE menyelenggarakan diskusi bulanan bertajuk Thinkers’ Talk (29/09/2021). Thinkers’ Talk merupakan e-forum diskusi lintas perspektif yang mewadahi kalangan akademisi dari berbagai latar belakang, terutama sastra, linguistik dan budaya untuk membincang berbagai tema kebudayaan dengan berbagai pendekatan dan sudut pandang keilmuan.

Dalam diskusi perdana, tema yang diangkat Thinkers Talk ialah “Kajian Sastra: Gender dan Feminisme” dengan menghadirkan Geni Kurniati, M.Hum, kandidat doktor Universitas Indonesia sebagai pembicara dan Rahmita Eglistiani, S.Pd., M.Hum sebagai moderator.

Mengawali presentasi materinya, Geni mengulas terlebih dahulu soal terma-tema penting dalam Gender and Feminist Studies, yakni soal apa itu seks dan apa itu gender? Mengutip pandangan Butler, Geni menjelaskan bahwa gender merupakan konstruksi sosial. Lebih jauh, Geni juga mengutip pandangan Simone de Beauvoir dalam bukunya yang terkenal, The Second Sex yang memberikan definisi rigid soal sex dan gender. Bagi Beauvoir, jelas Geni, sex itu ialah karakteristik biologis yang membedakan perempuan dari laki-laki. Jadi di sini, seolah yang ditekankan kata sex, jelas Geni, ialah kodrat biologis yang melekat kepada pada laki-laki dan perempuan seperti yang terepresentasikan dalam bentuk kelamin: vagina dan penis.

Sementara itu, masih mengutip Beauvoir, Geni juga melakukan pembedaan makna antara terma sex dan gender. “Jika sex lebih ke kodrat biologis yang terberi, yang given, gender lebih ke soal bagaimana identitas feminim dan maskulin terbentuk oleh konstruk sosial dan budaya,” jelasnya.

Tak hanya soal sex dan gender, Geni juga memperluas ulasannya terkait feminisme. “Feminisme ialah rangkaian gerakan sosial, politik, dan ideologi yang bercita-cita untuk kesetaraan sex baik pada tataran sosial, personal, ekonomi maupun pada tataran politik,” jelas Geni. Jadi asumsi awal dari gerakan ini ialah adanya ketimpangan relasi laki-laki dan perempuan seolah yang pertama lebih superior dan yang kedua inferior dalam imaginasi budaya patriarkhi. Feminisme membongkar corak pikir seperti ini.

Jadi feminisme, dalam definisi yang dikemukakan Geni, merupakan suatu paham yang ingin mengubah ketimpangan gender menjadi kesetaraan gender. Tak hanya itu, Geni dengan mengutip Toril Moi, mengemukakan terma-terma penting lainnya. “Toril Moi mendefinisikan female sebagai matter of biology, feminine sebagai serangkaian karakteristik yang terkonstruk budaya, feminist sebagai orang yang mengakui kesetaraan perempuan dan laki-laki, feminism sebagai gerakan yang mengamati peranan perempuan di masyarakat dan membela hak-hak perempuan berhadapan dengan dominasi laki-laki,” jelas Geni.

Selain mengulas beberapa terminologi penting, Geni juga mengkaji feminisme dari aspek historisitas dan diversifikasinya. Menurutnya, ada tiga gelombang atau tiga fase feminisme. Dalam gelombang pertama yang muncul di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, lahir feminisme liberal dan feminisme sosialis yang ditandai dengan terbitnya buku A Vindication of Rights of Woman karya Mary Wollstonecraft dan A Room of One’s Own karya Virgnia Woolf.

Sedangkan gelombang kedua, yakni di tahun 1960 sampai 1970an, muncul gerakan feminism radikal dan feminism multicultural. Era ini ditandai dengan terbitnya buku-buku seperti The Second Sex karya Simone, The Feminine Mystique karya Betty Friedan, Sexual Politics karya Kate Millet, The Subjection of Women karya Juliet Mitchell dan This Sex Which is Not One karya Luce Irigaray.

Sementara itu, gelombang ketiga muncul di tahun 1990-an dan setelahnya. Dalam fase ini, muncul Queer Theory dan feminism kultural. The Beuaty Myth karya Naomi Wolf, Gender Trouble dan Bodies that Matter karya Judith Butler, Gender and Nation karya Nira Yural-Davis.

Diskusi bulanan Thinkers’ Talk Sastra Inggris Universitas Pamulang yang bekerja sama dengan Kliksaja.co ini cukup memantik antusiasme peserta dari berbagai universitas di Indonesia.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,261

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *