Global ReviewInternasional

Qatar Ajak AS dan Iran untuk Hidupkan Kembali Perjanjian Nuklir 2015

Qatar mengajak Amerika Serikat dan Iran untuk terlibat dalam diskusi “positif” terkait nuklir. Para negosiator akan memulai pembicaraan tidak langsung keempat untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran.

Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan bahwa Qatar mendesak untuk dikuranginya ketegangan antara Washington dan Teheran. Desakan ini disampaikan ketika para diplomat dari kedua negara tersebut bertemu secara terpisah pada Jumat (07/05/2021) di Wina dengan perwakilan Eropa, Rusia dan China. Pertemuan ini dilakukan untuk menemukan cara menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran.

“Kami memiliki hubungan yang kuat dan strategis dengan Washington dan kami memiliki hubungan baik dengan Teheran dan kami tidak ingin meningkatkan ketegangan, yang akan berdampak negatif pada Qatar dan kawasan,” kata Menteri Luar Negeri Al Thani.

“Ada ajakan terus menerus untuk AS dan Iran untuk terlibat dalam diskusi dengan cara yang positif,” kata Al Thani kepada Al Jazeera dalam sebuah wawancara.

Di Washington, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Kamis (06/05/2021) bahwa kesepakatan akan segera dicapai dalam beberapa minggu antara Washington dan Teheran untuk melanjutkan kesepakatan nuklir Iran 2015 jika Iran membuat keputusan politik untuk melakukannya.

“Mungkinkah dalam beberapa minggu ke depan kita akan melihat saling kembali patuh pada kesepakatan bersama? Itu mungkin, ya,” kata pejabat itu kepada wartawan tanpa menyebut nama selama briefing telepon.

Ketika dicapai pada 2015, perjanjian yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa berkomitmen kepada Iran untuk mengurangi program nuklirnya dan menahan diri dari mengembangkan bahan fisil untuk senjata nuklir dengan imbalan akan dihilangkan hukuman sanksi ekonomi.

Mantan Presiden Donald Trump membatalkan perjanjian pada 2018 dan mengembalikan sanksi AS, meskipun Iran telah mematuhi ketentuan perjanjian.

Sekitar setahun kemudian, Iran mulai bergerak untuk memperkaya uranium menggunakan sentrifugal yang lebih canggih sehingga meningkatkan kewaspadaan di antara tetangga Arabnya.

“Ada ketakutan bersama antara negara-negara GCC dan Iran dan perlu ada dialog langsung untuk mengatasi ketakutan ini,” kata Al Thani yang memimpin delegasi tingkat tinggi ke Teheran pada Februari untuk membahas kesepakatan nuklir dan ketegangan antara Iran dan Arab. .

Kementerian luar negeri Iran memperingatkan bulan lalu bahwa tawaran Dewan Kerjasama Teluk agar kekhawatirannya tentang program nuklir Iran dicarikan solusinya dengan menghidupkan kembali perjanjian 2015 akan menggagalkan pembicaraan di Wina.

“Tujuan mereka dalam mengemukakan pernyataan semacam itu bukan untuk meminta partisipasi tetapi untuk mengganggu proses pembicaraan teknis di Wina,” kata juru bicara kementerian luar negeri Iran Saeed Khatibzadeh.

Arab Saudi telah menentang perjanjian nuklir Iran dan pada 2017, memutuskan hubungan dengan Qatar, yang memiliki hubungan baik dengan Teheran, dan berusaha memberlakukan blokade.

Pada bulan Januari, Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab lainnya mengumumkan diakhirinya tindakan terhadap Qatar. Arab Saudi dan Iran baru-baru ini mengadakan pembicaraan di Irak dalam upaya diplomatik untuk membuka saluran dan mengurangi permusuhan.

Sumber: Al-Jazeera

What's your reaction?

Related Posts

1 of 189