Opini

Siap-Siap Hadapi Krisis Pangan, Bagaimana Upaya Kita?

Oleh: I. Aeni Muharromah (Humas BRIN)

Kebakaran listrik di sepanjang jalan dan ledakan gardu listrik di Cirebon Timur merupakan pemandangan yang sering terjadi saat ini karena cuaca yang terlampau terik. Suhu panas baik siang atau malam hari sangat dirasakan terutama bagi mereka yang tidak menggunakan AC di ruangannya.  Rasanya malas bepergian bila tidak sangat mendesak karena suhu panas yang tidak bersahabat. Bila kita bepergian melaui jalan pantura, selatan atau via tol, kanan kiri terhampar pemandangan lahan mengering kerontang.

Di sisi lain, ibu-ibu paling banyak merasakan mahalnya beras diikuti komoditas lainnya seperti telur, sayuran, buah-buahan, selain harganya mahal kualitasnya menurun. Panas panjang akibat el nino sudah berimbas pada hampir seluruh sendi kehidupan. Tidak bisa dipungkiri, perubahan iklim yang drastis menyebabkan cuaca buruk. El Nino yang menjadi salah satu faktor keterlambatan tanam dan kegagalan panen di lahan-lahan petani yang membutuhkan curah hujan cukup. Kondisi kekeringan ini berdampak serius pada masalah pangan. Dampak nyata El- Nino juga bisa menyulut inflasi tinggi karena kenaikan harga pangan. Pemerintah memprediksi akibat el nino yang terjadi pada Juni hingga Oktober 2023, produksi beras berpotensi merosot hingga 1,5 juta ton. (Antara)

El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Penyebab El Nino dipicu oleh peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik bagian tengah. Di Indonesia, El Nino akan memberikan dampak pada kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat. BMKG memperkirakan puncak El Nino terjadi pada Agustus dan September 2023 ini, tapi tidak menutup kemungkinan el nino akan berlangsung sampai akhir tahun 2023 bahkan diperkirakan mencapai awal tahun 2024.

Isu krisis pangan yang mengancam dunia dalam dua tahun terakhir ini menjadi sangat menakutkan karena diperparah dengan tiga fenomena beruntun, yaitu pandemi Covid-19, perubahan iklim el-nino, konflik perang Rusia-Ukraina dan berkecamuknya perang Israel. Faktor ini tersebut sangat berdampak pada kestabilan pangan negara-negara di dunia termasuk di dalamnya Indonesia.

Ketahanan pangan merupakan permasalahan yang sangat penting dan strategis bagi suatu negara, karena dari berbagai data dan fakta yang ada menunjukkan bahwa tidak ada satu negara pun di dunia ini yang dapat menjalankan pembangunannya dengan baik sebelum mereka mampu menciptakan ketahanan pangan terlebih dahulu.

Upaya Strategis

Melalui Kementerian Pertanian (Kementan) negara menyiapkan sejumlah langkah dan strategi untuk meminimalisir risiko El Nino tahun ini. Antara lain dengan menerapkan program kejar tanam 1.000 ha per kabupaten. Gerakan ini diikuti dengan gerakan nasional penanganan dampak El Nino 500.000 ha di 10 provinsi untuk meningkatkan perluasan areal tanam.

Kementan telah menyiapkan enam wilayah sebagai pelaksanaan program gernas ini yakni Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi. Kemudian ada 4 provinsi pendukung seperti Lampung, banten, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat.

Secara teoritis, kalau ketersediaan pangan secara nasional tidak bisa ditopang oleh produksi dalam negeri, maka solusinya pemerintah harus melakukan impor. Hanya saja, untuk melakukan impor sekarang ini juga jelas tidak mudah karena banyak negara yang selama ini dikenal sebagai pengekspor beras juga harus berjaga-jaga karena stok pangan mereka juga terganggu oleh masalah El Nino atau akibat masalah konflik atau perang yang melanda negara mereka. Mereka menahan komoditasnya untuk kestabilan internal dan cadangan pangannya.

Diversifikasi

Diversifikasi atau penganekaragaman adalah suatu cara untuk mengadakan lebih dari satu jenis barang/komoditi yang dikonsumsi. Di bidang pangan, diversifikasi memiliki dua makna, yaitu diversifikasi tanaman pangan dan diversifikasi konsumsi pangan. Kedua bentuk diversifikasi tersebut masih berkaitan dengan upaya untuk mencapai ketahanan pangan. Apabila diversifikasi tanaman pangan berkaitan dengan teknis pengaturan pola bercocok tanam, maka diversifikasi konsumsi pangan akan mengatur atau mengelola pola konsumsi masyarakat dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan.

Diversifikasi pangan sangat potensial menjadi solusi yang tepat agar kebutuhan dan ketersediaan pangan di negeri ini secara nasional tetap dapat terjaga, sehingga masyarakat bisa hidup dengan aman, tenteram, dan damai karena kebutuhan mereka terhadap makanan pokoknya tetap dapat terjaga dan terpenuhi. Meskipun begitu, diversifikasi pangan juga memerlukan pemikiran yang khusus, terlebih karena kebutuhan manusia atas pangan terus-menerus meningkat dalam jumlah dan ragamnya.

Negara lain di dunia telah menyusus Langkah strategis nasional dan global menghadapi krisis pangan seperti Jepang telah mengubah pola konsumsi pangan dengan tidak bergantung pada pangan impor (daging dan gandum) ke arah konsumsi bersumber pangan lokal. Cina dan India telah menekan ekspor pangan untuk mencegah hal buruk terjadi.

Mengenjot Riset Pangan

BRIN sebagai lembaga riset terus melakukan kolaborasi riset dan mengerahkan semua teknologi untuk pengutan pangan. Tingginya konsumsi beras di Indonesia justru meningkatkan risiko diabetes di tengah masyarakat secara umum. Risetnya sendiri fokus mendorong diversifikasi makanan pokok selain beras dengan aplikasi metabolomik, yakni analisis menyeluruh terhadap metabolit dalam suatu sistem biologis, sehingga dapat diperoleh alternatif pangan yang lebih berkelanjutan. Sastia Prama Putri selaku profesor dari Universitas Osaka, Jepang melalui riset kolaborasi terbarunya, mengungkap bahwa diversifikasi makanan pokok selain beras dapat menjadi kunci ketahanan pangan di Indonesia. Menurutnya kita selalu bangga karena Indonesia disebut sebagai negara dengan megabiodiversitas, sayangnya ini tak tercerminkan dalam keanekaragaman makanan kita.  

Menurut Drajat Mardjanto pakar pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) kedaulatan dan keamanan pangan bisa terwujud dengan mengintegrasikan aksi politik, aksi institusional, dan juga program yang jelas. Tingkat keamanan pangan Indonesia terbilang mengkhawatirkan, dari 113 negara, kita berada di tengah-tengah. Ini jelas perlu diperbaiki.

Melalui seminar, Yudhistira Nugraha selaku Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, menekankan bahwa tingginya konsumsi beras di Indonesia justru meningkatkan risiko diabetes di tengah masyarakat secara umum. Risetnya sendiri fokus mendorong diversifikasi makanan pokok selain beras dengan aplikasi metabolomik, yakni analisis menyeluruh terhadap metabolit dalam suatu sistem biologis, sehingga dapat diperoleh alternatif pangan yang lebih berkelanjutan.

FAO sebagai badan pangan dunia memperkirakan di tahun 2050 penduduk dunia tembus 10 miliar. Jumlah penduduk yang sedemikian besar tersebut tentunya memerlukan pangan yang sangat luar biasa jumlahnya. Agar tidak terjadi kelaparan maka harus ada peningkatan produksi pangan dunia. Produksi pangan tersebut idealnya untuk saat ini harus berkisar 70 persen, jika sebagian negara masih sekitar 10 persen maka bukan persoalan mudah untuk mengejarnya (ugm.ac.id).

Pengembangan varietas-varietas tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim. Sebagai contoh yang sudah dilakukan adalah pengembangan varietas Gama Gora yang didesain varietasnya kurang lebih sama dengan varietas yang ada saat ini tetapi dengan kebutuhan air yang jauh lebih sedikit.

Kolaborasi riset BRIN menggandeng Badan Pangan Nasional melakukan kerjasama meliputi penyediaan benih hingga kecerdasan buatan (AI) untuk pengolahan pengembangan data pangan. Mulai stok dan harga pangan di seluruh daerah sehingga diketahui persis berapa stok sembilan komoditas pangan. Ini sangat membantu menentukan arah kebijakan.

Edukasi Masyarakat dan Merubah Mindset

Momentum krisis pangan ini harus dijadikan dasar mengencarkan edukasi pada masyarakat luas. Masukkan dalam kurikulum sekolah untuk lebih masif membentuk konsep bahwa pangan penting untuk kehidupan. Menghasilkan pangan dengan menjadi petani memiliki tempat dihati anak-anak tertanam. Melakukan edukasi kepada masyarakat luas sehingga anak-anak muda agar tertarik menjadikan petani sebagai profesi. Upayanya bagaimana menjadikan hasil-hasil pertanian sebagai komoditas yang menguntungkan dan menjanjikan. Bagaimana menjadikan pertanian sebagai pekerjaan yang menarik dengan mengembangkan aplikasi-aplikasi, model otomatisasi dengan dikontrol melalui handphone.

Melalui internet of thinks, mudah-mudahan menarik anak-anak muda menjadi petani milenial tapi dengan penghasilan yang cukup. Memanfaatkan platform media sosial memberikan pelatihan pemuliaan tanaman yang menarik, memberikan bimbingan langsung dan pendampingan seperti program urban farming.

Sudah saatnya sinergisitas semua pemangku kepentingan terus ditingkatkan. Kewaspadaan dan ketelitian dalam menjalankan strategi agar tepat sasaran sehingga Indonesia dapat terhindar dari krisis pangan dan inflasi tinggi.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 143

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *