Opini

Khodijah dan Peradaban Islam

Islam menempatkan sosok perempuan secara proposional, ajaran Islam menempatkan perempuan berada pada posisi terhormat dan mulia. Bahkan kemajuan peradaban Islam tidak lepas dari peran perempuan.

Allah SWT menempatkan perempuan sebagai makhluk yang mulia. Alloh berfirman tentang bagaimana seharusnya kita memperlakukan perempuan sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nisa’ 4:19.

Alloh melarang seseorang melakukan perbuatan dengan pemaksaan dan menyakiti perempuan, bahkan menganjurkan memperlakukan perempuan dengan penuh kebaikan dan kesabaran karena Alloh menjadikan di dalam perempuan kebaikan-kebiakan yang sangat banyak.

Ajaran Islam memuliakan perempuan ini menunjukkan betapa Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Sebelum datang Islam, atau di masa jahiliyah, perempuan dipandang sebagai musibah, peran dan derajadnya rendah. Di masa jahiliyah, tidak ada hukum dan norma yang pasti mengenai perempuan.

Hingga datangnya ajaran agama Islam, perempuan menjadi sangat mulia. Bahkan pada awal perkembangan Islam, banyak perempuan yang berkiprah dalam kemajuan peradapan Islam, karenanya sejarah peradaban Islam tidak bisa dilepaskan dari peran mereka.

Sejarah peradaban Islam mencatat, bahwa perempuan, mereka mempunyai peranan penting, dalam kemajuan peradaban Islam. Salah satu sosok peran penting perempuan dalam peradaban Islam adalah Istri pertama Rasululloh SAW. Khodijah RA. yang menjadi partner sekaligus pendukung utama Nabi Muhammad SAW.

Sebagai seorang istri, peran Khodijah, tidak hanya membantu Rasululloh SAW dalam berdakwah, Khodijah selalu hadir dan mendampingi dakwah Rasululloh.

Dengan mencurahkan segala hati, pikiran dan juga seluruh harta. Khodijah, perempuan yang memiliki peran penting dalam membangun peradaban Islam.

Khodijah, senantiasa menyertai Muhammad SAW dalam kondisi apapun. Khodijah selalu menemani, menghibur, dan mendukung Muhammad SAW dalam berdakwah.

Muhammad SAW, memperlakukan Khodijah tidak hanya sebagai istri, tetapi sekaligus menjadi partner sejajar dalam menghadapi atau mengatasi tantangan hidup.

Bahkan, Khadijah menjadi penasihat utama setiap kali Nabi Muhammad menghadapi masalah.

Hal itu tercermin dalam sejarah, dimana Khodijah senantiasa berada disamping Rasululloh. Menghibur dan meringankan segala kepedihan yang dialami Rasul. Saat Rasululloh di Gua Hira misalnya, Khodijahlah yang menyediakan segala perbekalan Rasul.

Peran Khodijah, dalam pengembangan Islam ialah ia memberikan semua hartanya kepada Rasul. Khodijah menggunakan seluruh harta kekayaannya untuk dakwah dan syiar Islam.

Khodijah, selalu hadir dan membantu umat Islam. Dalam kesehariannya ia selalu mencari kabar tentang kaum muslim yang menderita akibat siksaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Khodijah kemudian hadir dan berusaha menghibur mereka. Meringankan perasaan mereka, mengjaka bersabar, menghilangkan rasa dendam dan penderitaan.

Khodijah sendiri termasuk perempuan yang dijuluki Ummul Mukminin, Khodijah dijuluki Ummul Mukminin karena dianggap sebagai ibunya orang mukmin.

Khodijah adalah perempuan yang telah memberikan banyak keberhasilan dalam penyebaran agama Islam. Khodijah bekerja sama dengan sahabat-sahabat yang rela memberikan semua harta bendanya dalam tujuan menyebarkan agama Allah.

Khodijah, dimasa awal Islam, mendukung kenabian Muhammad, yang berperan aktif dalam berdakwah memberikan sebuah pemahaman baru bagi umat Islam.

Dimana, karena keberanian dan sikap Khodijah, perempuan menjadi mulia dan terhormat yang sebelumnya di masa jahiliyah tidak terhormat.

Perjalanan hidup Khodijah seolah menggambarkan bagimana relasi ideal yang terdapat antara suami dan istri.

Nabi Muhammad dan Khodijah merupakan salah satu bentuk teladan dari relasi yang diarahkan kepada kesetaraan dan keadilan gender. Dimana, bukan hanya lelaki saja yang berkuasa atau mengambil setiap tindakan dalam kehidupan.

Dalam Sejarahnya, Nabi Muhammad juga memberikan ruang untuk Khodijah aktif dalam ranah publik.

Sebagai istri, juga sukses sebagai pebisnis. Sebaliknya, meskipun Khodijah berpenghasilan jauh lebih tinggi dari Nabi Muhammad. Khadijah selalu membangun relasi yang saling respect each other (saling menghormati).

Rasululloh, meski di masa awal menjadi suami Khodijah penghasilan lebih rendah dari istrinya tetap tidak gengsi dan tetap memuliakan Khodijah.

Karenanya merupakan fenomena yang wajar jika hari ini ada juga dalam kehidupan nyata terdapat perempuan-perempuan yang berpenghasilan lebih tinggi dari suaminya.

Karenanya, sangat penting meneladani kehidupan relasi antara Muhammad dan Khodijah sebagai teladan dalam membangun peradaban manusia, berdakwah, dan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Penulis : Zikraini Alrah

Presiden Klikers Indonesia, Peneliti, penulis, pembelajar, ayah dari dua anak

What's your reaction?

Related Posts

1 of 143