Klik-TalkSosial Budaya

Pluralisme Puncak Dari Keberagaman

Keberagaman adalah anugerah, khazanah, kodrat atau kenyataan yang tidak dapat dihindarkan. Hasil dari keberagaman bisa mengarah kepada negatif namun juga dapat mengarah kepada capaian positif. Pluralisme adalah capaian tertinggi dari sisi positif atas keberagaman.

Agar kehidupan yang beragam, yang bereda-beda dapat mencapai pada hasil positif kehidupan manusia diharuskan sampai pada level bridge (kesadaran bersama akan keberagaman) merujuk pada pemikiran Eboo Patel, seorang doktor di bidang sosiologi Agama dari Universitas Oxford.

Pandangan ini muncul berdasarkan hasil diskusi Lembaga Kajian Dialektika Rabu (10/06/2020) yang bertemakan “Merespon Keberagaman; Refleksi Pemikiran Eboo Patel dalam : Interfaith Leadership”. Hadir sebagai narasumber Nanik Yulianti, (Alumnus Necmettin Erbakan University, Turki) yang dipandu oleh Muhammad Khutub, (Direktur Lembaga Kajian Dialektika).

Nanik Yulianti mengatakan dalam paparannya, Eboo Patel sebagai seorang doktor di bidang sosiologi Agama Universitas Oxford. Ia merupakan seorang pemikir dari ismaili. Dalam membangun pemikirannya dalam bidang keberagaman, pluralisme, dan multikulturalisme selalu memulai dengan cerita-cerita sederhana. Sehingga karya-karyanya sangat mudah dan enak di cerna.

“Eboo Patel untuk menjelaskan bahwa kita dalam kehidupan ini memang beragam mengambil sebuah cerita anak kecil yang terbiasa beribadah di gereja, suatu ketika ia melihat orang lain tidak ke gereja. Lalu timbul pertanyaan refleksi ternyata di sekitarnya ada yang berbeda, disinilah dimulainya keberagaman”. Urai Nanik Yulianti menjelaskan tentang gaya Eboo Patel menerangan tentang keberagaman.

Nanik menambhkan, secara teori Eboo Patel memperkenalkan empat cara dalam keberagaman manusia barriers (menggap diri benar dan yang lain salah), bunkers (meyakini kebenarannya tapi tidak tertarik dengan perbedaan), bludgeons (meyakini kebenarannya dan menganggap yang lain salah, yang juga tidak segan-segan menggunakan kekerasan terhadap yang tidak sesuai dengan dririnya dan bridge (membangun jembatan dengan sadar akan adanya perbedaan atau keberagaman).

“Untuk sampai pada level keberagaman, manusia harus sampai pada level bridge. Jika merujuk pada pemikiran Eboo Patel”, Jelas Nanik Yulianti dalam pemaparannya.

Lalu bagaimana interaksi kita seharusnya dengan orang lain?, disinilah dibutuhkan yang namanya interfaith leadership. Dimana orang membangun kerjsama tidak lagi hanya tas dasar agama tertentu, manusia bekerjasama dengan kesadaran tinggi atas keberagaman. Terang Nanik Yulianti.

Diversity is a fact and pluralism is an achievement, keberagaman itu sudah fakta , dimana manusia saling berinteraksi dalam keberagaman tentu nantinya akan sampai pada hasil positifnya yaitu capaian positif dari keberagaman yaitu pluralisme. Di Indonesia sendiri kita tentu harus tetap terus belajar menapai level bridge agar keberagaman dalam kehidupan sampai pada hasil positif yaitu pluralisme”. Tutup Nanik dalam closing diskusi.

Eboo Patel merupakan pemikir yang juga pernah menjabat member of President Barack Obama’s inaugural Advisory Council on Faith-Based Neighborhood Patnerships. Posisi tersebut ia dapatkan setelah perjuangannya mendirikan Lembaga Interfaith Youth Core pada Tahun 2002.

Dimana, lembaga yang didirikan oleh Eboo Patel tersebut fokus pada isu-isu hubungan antar umat beragama, multikulturalisme, pluralisme dan lain sebagainya.

Presiden Klikers Indonesia, Peneliti, penulis, pembelajar, ayah dari dua anak

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,133