Klik-Talk

AS Keluarkan Indonesia Dari Daftar Negara Berkembang dan Setara Jerman, Singapura, Begini Tanggapan Arief Pouyono Waketum Gerindra

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Pouyono menganggapi terkait dikeluarkannya Indonesia dari daftar negara berkembang oleh Amerika Serikat. Menurutnya kondisi tersebut tidak akan memberikan dampak buruk.

Bagiamana pendapat anda terkait dikeluarkannya Indonesia dari daftar negara berkembang oleh AS?

Saya menilai kebijakan AS lewat Kantor Perwakilan Dagang atau USTR itu justru sebuah prestasi bagi Presiden Joko Widodo.

“Bukan dampak buruk, dong. Justru merupakan prestasi Presiden Joko Widodo yang bisa mengeluarkan Indonesia dari status negara berkembang menjadi negara maju sekelas Jerman, Inggris, Singapura dan negara maju lainya dari penilaian Departemen Perdagangan Amerika Serikat,” kata Arief, Selasa (25/02/2020).

Arief menmabhakan Departemen Perdagangan AS selama ini memberikan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) pada Indonesia yang masuk katagori negara berkembang, untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Arief menmabhkan bahwa, GSP mempromosikan pembangunan berkelanjutan di negara penerima dengan membantu negara-negara ini meningkatkan dan mendiversifikasi perdagangan mereka dengan AS.

Baca juga :   Gerindra Berlakukan Syarat Khusus Untuk Peroleh Rekom Pilkada 2024

Apa manfaat program GSP?

Menurut Arief, program GSP memberikan manfaat tambahan untuk produk dari negara-negara yang berkembang seperti Indonesia selama ini untuk untuk meningkatkan pendapatan ekspor, mempromosikan industrialisasi, dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi mereka.

Lantas apa dampak dari perubahan Indonesia menjadi negara maju?

Arief mengatakan, keuntungan jelas bagi buruh bahwa semua produk-produk yang diproduksi di Indonesia dan diekspor ke Amerika Serikat, gaji buruhnya harus sesuai standar gaji negara maju.

“Sebab, jika tidak sesuai standar gaji negara maju maka produk-produk tersebut akan ditolak Amerika Serikat karena dianggap melakukan dumping dalam perdagangan dengan upah murah buruh,” kata Airef.

Apakah ada dampak buruknya?

Arief, menegaskan dampak buruk bagi Indonesia tidak ada. yang ada justru dampak buruk akibat propaganda pemerintah yang selama ini mengklaim seakan-akan sudah setaraf dengan negara maju, dengan mengatakan kemiskinan menurun dan pendapatan per kapita akan mencapai USD 27 ribu atau Rp 320 juta sesuai target Joko Widodo di akhir pemerintahannya.

Baca juga :   Gerindra Pematang Siantar Siapkan Kader Terbaik Untuk Pilkada 2024

“Dampak buruknya industri-industri milik asing yang produknya diekspor ke Amerika Serikat yang selama ini mendapatkan manfaat GSP seperti industri sepatu, tekstil dan lain-lain akan cabut dari Indonesia dan mencari negara berkembang lainnya untuk memindahkan usahanya dari Indonesia,” Terang Arief

Presiden Klikers Indonesia, Peneliti, penulis, pembelajar, ayah dari dua anak

What's your reaction?

Related Posts

1 of 144