RegionalSosial Budaya

Mbah Bandiyem, Penjual Buah Asongan Depan Kantor Gubernur Jateng Tutup usia, Ganjar Abadikan Namanya

Mbah Bandiyem, satu-satunya penjual buah asongan yang berjualan di Kompleks Kantor Gubernur Jateng, Sabtu (15/06/2019) malam tutup usia. Mbah Bandiyem meninggal setelah sebulan sebelumnya sakit akibat kecelakaan. Sempat dirawat di ortopedi tradisional, Mbah Bandiyem kemudian menjalani perawatan di rumah Pleburan, Semarang didampingi anaknya, Sani Sarah, 45, hingga akhirnya Mbah Bandiyem dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Mbah Bandiyem berjualan di Halaman Kantor Gubernur Jateng sejak 1955. Lima generasi gubernur “dikawal” Mbah Bandiyem. Dari sekian gubernur, Mbah Bandiyem semasa masih hidup mengaku gubernur yang paling diidolakannya adalah Ganjar Pranowo.

Turut kehilangan sosok Mbah Bandiyem, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo takziah ke kediaman almarhumah di Dusun Topeng, Desa Kajen, Kecamatan Ceper, Klaten, Minggu (16/06/2019) petang, seusai berkegiatan di Yogyakarta.

“Mbah bandiyem niku tiyang sae. Buat anak dan saudara yang ditinggal sing rukun. Ojo rebutan warisan. Karo tonggo teparo sing rukun. Ben uripe ayem. Kabeh niku kalih Mbah bandiyem “love” (Mbah Bandiyem itu sangat baik orangnya. Buat anak dan saudara yang ditinggal yang rukun, jangan berebut warisan, rukun juga dengan tetangga agar tentram hidupnya. Semua sama Mbah Bandiyem itu “love”),” kata Ganjar.

Baca juga :   Hasil Terbaru 3 Lembaga Survei Asing Pilpres 2024, Mungkinkah Satu Putaran?

Bisa dikatakan tidak ada pegawai di lingkungan Pemprov Jateng yang tidak kenal sosok Mbah Bandiyem. Bahkan pada halalbihalal Lebaran tahun 2018, Mbah Bandiyem jadi tamu istimewa Ganjar Pranowo di Kantor Gubernuran. Untuk mengenangnya, sebelum pamit Ganjar meminta izin kepada pihak keluarga untuk mengabadikan nama Mbah Bandiyem sebagai nama komunitas motor Gubernuran, yakni “Group Montoran Bandiyem.”

“Nyuwun izin niki konco-konco karena tresna karo Mbah Bandiyem, pengen ndadekke jenenge dadi jeneng klub motor, Group Montoran Bandiyem (Minta izin, karena sayangnya kawan-kawan dengan Mbah Bandiyem, ingin menjadikan namanya sebagai label klub motor, Group Montoran Bandiyem),” pinta Ganjar.

Ganjar menambahkan, dengan membawa nama Mbah Bandiyem, komunitas motor tersebut akan menebar spirit persaudaraan, kekeluargaan yang salah satu agendanya adalah wisata hati. Yakni berkeliling mengendarai motor dengan menyambangi lansia terlantar, anak yatim, serta warga tidak mampu di penjuru Jateng..

“Permintaan terakhir simbok, pengen dimakamkan di dekat ibu dan saudara-saudaranya di Klaten. Simbok juga memberi alasan, agar anak-anaknya tetap mengingat kampung halaman karena kini anak-anaknya berpencar, tidak hanya di Klaten,” kata Sani.

Baca juga :   Berikut Hasil Rekapitulasi Pilpres 2024 Anies-Prabowo-Ganjar di 16 Provinsi

Ada rasa campur aduk yang dialami sanak dan kerabat Mbah Bandiyem. Pasalnya, tepat lima hari sebelum kepergiannya, suami Mbah Bandiyem telah mendahului menemui Sang Khalik. Sedih dan takjub dirasakan Sani.

Sedih karena kedua orangtuanya telah tiada, di satu sisi juga takjub karena sedemikan lekatnya rasa tresna kedua orang tuanya itu.

“Meski sama-sama di Semarang, simbok dan bapak tidak tinggal satu rumah karena pekerjaan. Bapak (tinggal) di Jalan Borobudur Raya No 78 Manyaran, simbok di Pleburan. Tapi setiap seminggu sekali, beliau berdua ketemu. Simbok nyuwun dimakamkan dekat ibu dan saudara, meski bapak dimakamkan di Semarang,” paparnya.

Presiden Klikers Indonesia, Peneliti, penulis, pembelajar, ayah dari dua anak

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,312