Info KlikersSosial Budaya

KH. Budi Harjono: TAK GENTAR, di Tengah Polemik Joko Tingkir


K.H Budi Harjono yang merupakan sosok pengasuh Rumah Cinta Semarang mencoba mengingatkan masyarakat untuk semakin arif dalam menyikapi polemik lagu Joko Tinkir. Beliau melalui puisinya berjudul “Tak Gentar” pada Senin (22/08/2022) mencoba mengajak masyarakat untuk melihat sudut lain yang menjadi korban atas polemik ini, tidak lain adalah DAWET dan PENJUAL DAWET.
 

Polemik lagu request presiden pada saat perayaan peringatan hari kemerdekaan RI ke-77 pada Rabu (17/08/2022), masih memunculkan polemik di kalangan masyarakat. Meski urung dinyanyikan oleh Farel Prayoga pada saat itu, akan tetapi lagu “Jaka Tingkir Ngombe Dawet” tampak memunculkan pro dan kontra. Pasalnya sosok Jaka Tingkir yang dianggap sebagai “orang besar” dalam bentang sejarah perjalanan bangsa, dinilai tidak tepat jika bahkan dianggap melecehkan. Hingga pada akhirnya Pratama sebagai pencipta lagu meminta maaf melalui akun youtubenya, seperti yang diberitakan detik.com (20/08/2022).

Jaka Tingkir atau sosok Mas Karebet dianggap sebagai salah seorang moyang dari ulama-ulama besar di Jawa. Tingginya “derajat” seorang Joko Tingkir, tampak tidak layak disandingkan dengan sebuah karya budaya yang mungkin dianggap “rendah”. Karena diketahui, bahwa dawet saat ini menjadi sebuah jajanan umum yang dinikmati oleh banyak kalangan. Meski sebenarnya, bukan tidak mungkin jika pada saat itu Joko Tingkir juga pernah menikmati sajian dawet.

Jika berkaca dari beberapa fenomena budaya, tentu masyarakat akan dapat berfikir lebih bijak dalam menyikapinya. Sebut saja Sego Blawong, Bir Jawa, dan Nasi Jemblung yang konon merupakan sajian kuliner yang dimiliki dan hanya dapat dinikmati oleh masyarakat di kalangan istana saja, dalam perjalanannya ia keluar dan kemudian dapat dinikmati oleh masyarakat jelata juga.

Tidak hanya persoalan kuliner, materi budaya yang lainpun juga menjelaskan sebuah proses migrasi dari dalam istana atau keraton menuju ruang jelata. Sebut saja kawaritan, yang sebelumnya hanya dapat dijumpai dan dinikmati masyarakat kalangan istana. Saat ini karawitanpun dapat dijumpai dan dinikmati oleh masyarakat di berbagai kalangan.

Lalu apa salahnya dengan Joko Tingkir yang ngombe (minum) dawet? Dan sebagian kalangan menilai bahwa menjadikan tokoh itu sebagai parikan bukanlah sesuatu yang tepat dan layak. Jika “mungkin benar” pada saat itu Joko Tingkir ngombe dawet, tentu hal ini tidak perlu menjadi sebuah persoalan yang terus dibesar-besarkan.

Dan bisa jadi pengarang lagu hanya sekedar mencari diksi dan rima yang sesuai saja untuk membangun citra estetik dari sebuah syair.

Dan apa yang muncul ternyata adalah sosok Joko Tingkir yang mungkin hanya dikenalinya dari tayangan senetron semata.

Jika kemudian ditelaah melalaui tayangan itu, memang tidak ada cerminan bahwa sosok Joko Tingkir ini menunjukkan keberadaan sosok ulama besar. Melainkan sosok pendekar yang mengembara.

Di sisi lain lagu yang kedung populer itu baru diperbincangkan dan menjadi polemik setelah perayaan kemerdekaan. Padahal lagu itu sudah digandrungi masyarakat dan ramai perdengarkan dan dinyanyikan di berbagai kesempatan.

Apakah mungkin ini hanyalah sebuah fenomena budaya, yang menjelaskan bahwa saat ini bangsa kita gemar untuk berdebat mencari pembenaran dengan memanfaatkan momentum belaka demi mengais eksistensi?

Tetapi dalam perjalanannya hal itu turut berdampak pada keberadaan pedagang dawet. Polemik lagu itupun tak seolah memunculkan stigma miring terhadap sajian khas Indonesia itu. Kenapa kemudian muncul kesan bahwa “dawet” seolah menjadi “hina”?

Photo: KH. Budi Harjono (Kanan) Pengasuh Rumah Cinta Semarang

TAK GENTAR

O, para penjual dawet
Adonan cintamu yang matang
halal dan memberkahi
secara universal
dipandang orang yang kurang matang
kitab apa yang mereka baca
hingga tak memahami kearifan ini
Memandang remeh dan hina
atas kehalalan adalah kurang ajar

Sejak kapan ada batasan penikmatmu
hanya orang tak tahu diri
yang sok mulia dan suci
hingga meregukmu jadi hina
Betapa hinanya orang besar
yang meremehkanmu
Betapa mulia pelayananmu
mengangkat derajat kemuliaanmu

Orang-orang yang sok ini
semakin kurang ajar
Bersatulah para penjual Dawet
lawan mereka yang tak bijak
namun menjadikan suasana gejak
dengan Cinta
Hidupmu halal dan berkah!

 

 

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,737

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *