HiburanInfo KlikersKlik NewsTraveller

Sanghyang Gempol, Nama di Balik Destinasi wisata Sanghyang Dora Majalengka

Bukit Sanghyang Dora merupakan destinasi wisata yang sangat terkenal di kalangan remaja pecinta alam, bukit tersebut berada di Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.

Di lansir dari laman resmi Pantura XFile, Bukit Sanghyang dora memiliki ketinggian 385 mdpl, bukit ini, seringkali menjadi tujuan wisata bersamaan dengan wisata Terasering Panyaweuyan, Bukit Cadas Gantung, dan masih banyak lagi wisata di daerah Majalengka. 

Bukit Sanghyang Dora biasanya dijadikan tempat untuk menikmati pemandangan alam perbukitan yang masih asri dan sejuk . rangkaian perbukitan dan pemandangan gunung ciremai membuat pemandangan Sanghyang Dora semakin eksotis. Juga, bukit ini sering di jadikan tempat camping ( berkemah). Sehingga para pecinta alam tertarik untuk mengunjungi destinasi wisata tersebut. 

Sobat klikers penasaran kan? Bukit yang menjadi destinasi wisata ini, mengapa di namakan Sanghyang Dora? Simak sejarah nya di bawah ini. 

Pada Masa itu, penyebaran Agama Islam di Cirebon terus berkembang. Mbah Kuwu Sangkan yang merupakan salah satu penyebar islam di Cirebon, ingin menyebarkan Agama Islam di wilayah Majalengka juga, lalu beliau mengutus Syekh Magelung Sakti turun ke Majalengka untuk menyebarkan agama Islam. 

Ketika Syekh Magelung Sakti sampai di Majalengka, ternyata di wilayah Majelengka ada seorang sanghyang sakti yang tidak menghendaki kedatangan Syekh Magelung Sakti dan menolak ajaran agama Islam.

Sosok sakti tersebut bernama Sanghyang Gempol, dia merupakan pelarian dari wilayah Sumedang hingga bermukim di Majalengka. Karena tidak mau menerima ajaran agama Islam, maka Sanghyang Gempol dan Syekh Magelung Sakti bertarung di sebuah bukit.

Dalam pertarungan mereka, sanghyang mengakui kekalahan. Untuk mengakui kehebatan Syekh Magelung Sakti, Sanghyang Gempol mau memeluk agama Islam, tetapi dia mempunyai satu syarat, yaitu meminta untuk dibuatkan sebuah musolla (biasa disebut tajug pada masa itu) di sebuah bukit.

Sampai saat ini, bukit tersebut dikenal dengan nama bukit tajug. Walaupun saat ini tajug tersebut sudah tidak ada dan yang tertinggal hanya bekas bangunan berupa pondasi. 

Setelah dibuatkan sebuah tajug, sanghyang mempunyai syarat lagi yaitu meminta untuk mencari mata air tempat wudhu. Bersama Syekh Magelung Sakti, Sanghyang Gempol diajak mencari mata air sampai ke gunung kapur, di wilayah Bobos.

Sesampainya di gunung kapur, sanghyang kabur masuk ke gunung kapur tersebut, karena merasa dibohongi oleh sanghyang, maka terucaplah Sanghyang Dedora yang artinya sanghyang tukang bohong.

Akibat dedora (bohong) sanghyang kepada Syekh Magelung Sakti, maka bukit-bukit yang ada di wilayah Majalengka yang merupakan asal sanghyang, dinamakan Bukit Sanghyang Dora.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,785

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *