EkonomiKlik News

Pertamina Rugi 11 Triliun, Pengamat: Kerugian Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir

Kerugian Pertamina pada semester I/2020 sebesar Rp11 triliun disesalkan pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi.

Menurut Fahmy, Pertamina seharusnya bisa menangguk kenaikan pendapatan yang pesat dari penjualan produk bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya, Pertamina tidak menurunkan harga BBM pada saat harga minyak dunia terpuruk selama 2020.

Ia menilai kerugian sebesar Rp11 triliun itu merupakan rekor rugi tertinggi Pertamina dalam sepuluh tahun terakhir.

“Penurunan lifting minyak merupakan penyumbang terbesar terhadap penurunan penjualan ekspor migas, yang menyebabkan Pertamina merugi,” ungkap Fahmy melalui pesan tertulis di Jakarta, Rabu (26/08/2020).

Menurut dia, dalam kondisi merugi itu keputusan Pertamina untuk akuisisi ladang minyak di luar negeri merupakan keputusan blunder, yang akan memperbesar kerugian Pertamina pada semester II/2020.

Alasannya, investasi tersebut tidak bisa dibiayai dari sumber internal laba ditahan, tapi dibiayai dari sumber eksternal utang, yang akan semakin memperbesar biaya bunga sehingga memberatkan kerugian.

Baca juga :   Keren! Pertamina Raih Skor Baik dalam Aksi Perubahan Iklim Global

Selain tidak ada laba ditahan, setoran dividen dan pajak juga akan mengalami penurunan drastis. Demikian juga dengan mitra dan kontraktor yang selama ini bekerja sama dengan Pertamina pasti akan terkena imbasnya. (*)

Peneliti, Penulis, Penikmat Bola

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,265

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *