Klik NewsPolitik

Nur HMI, Solusi Kejumudan HMI

Kondisi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di usia ke-74 sedang tidak baik-baik saja. Ketua Bidang Kewirausahaan dan UMKM PB HMI Moh. Nur Aries Shoim menyebut HMI sedang mengalami kejumudan.

Dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Shoim mengungkapkan dua masalah fundamental di tubuh HMI yang menyebabkan HMI mengalami kemandekan.

“Pertama, extremely crisis spirit atau krisis spirit sacara ekstrim telah melanda internal kita. Banyak kader yang tidak semangat lagi atau loyo memperdalam dan meningkatkan kualitas keislaman, keintelektualan dan keindonesiaan di era saat ini, globalisasi,” tutur Shoim.

Shoim yang pernah mengenyam ilmu agama di Pondok Pesantrin Abu Dzarrin Bojonegoro resah atas keringnya pemahaman kader soal keislaman dan buntunya kader menjalankan ajaran Islam.

Contoh kecil, lanjutnya, banyak kader yang tidak teratur sholatnya dan mengaji.

“Di HMI, memahami dan menjalankan prinsip dan nilai keislaman secara mendalam dan utuh adalah keniscayaan. Islam secara substantif perlu dipahami, dimengerti dan dijalankan sebaik mungkin, tapi bukan berarti hal yang sudah wajib ditinggalkan seperti sholat dan puasa,” ungkapnya.

Selain itu, kader HMI Cabang Yogyakarta itu  menyebut tradisi literasi, yaitu membaca, menulis dan berdiskusi juga menurun. Hal itu, menurutnya, berdampak pada penurunan kualitas HMI.

Akibat dari menurunnya tradisi literasi itu melahirkan kader-kader dengan kualitas yang kerdil, kurang inovatif dan kreatif.

Tentu itu menjadi ironi ketika banyak pemuda tanpa berorganisasi mampu melahirkan karya yang luar biasa.

Untuk itu, lanjutnya, menguatkan kembali tradisi literasi adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar.

“Selanjutnya soal wawasan keindonesian yang seharusnya tidak diragukan lagi ada pada diri kader HMI. Namun semangat patriotisme dan nasionalisme kader HMI perlu dipertanyakan dengan terbawanya kader HMI ke dalam arus globalisasi, mengikuti kebiasaan atau budaya luar,” ujarnya.

Poin kedua ini, lanjutnya, yakni arus globalisasi semakin kencang karena didukung oleh perkembangan teknologi, informasi, dan transportasi yang semakin canggih.

Menurut Shoim, Revolusi Industri 4.0 telah membawa kehidupan manusia dalam kondisi serba cepat dan jika tidak mampu beradaptasi maka resikonya akan menjadi terbelakang.

Terlebih, lanjutnya tidak lama lagi dunia akan bergeser pada society 5.0.

“Kemajuan teknologi, informasi dan transportasi sebagai efek dari era 4.0 menjadi tantangan bagi himpuman, namun persoalannya adalah bagaimana kita memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan itu. Yakin dan percaya, kita pasti bisa, apalagi jika kita kedepannya komitmen dan istiqomah menjadikan organisasi ini jauh lebih moderen dan transformatif,” imbuhnya.

Dalam rangka lepas landas dari kejumudan HMI itu, Shoim menyebut Nur HMI adalah solusinya.

Shoim menjelaskan bahwa Nur HMI memuat keindahan, keharuman, keseimbangan dan kebaikan.

Hal ini, tuturnya, dimaksudkan agar HMI selalu membawa kesejukan, keindahan bagi masyarakat di setiap kiprah organisasi dan kadernya.

“Nur dalam bahasa Arab memiliki arti cahaya. Dalam Al Qur’an kata Nur disematkan kepada Allah Swt. Dan setiap manusia menurut filsafat isyroqi memiliki cahaya ke-Tuhan-an yang mendorong mereka berbuat baik. Harapannya, gerakan Nur ini sebagai upaya mendorong HMI menuju kebaikan dan kebenaran hakiki,” yakinnya. (*)

Peneliti, Penulis, Penikmat Bola

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,264

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *