Hukum-KriminalKlik News

Kisah A, Nekat Mencuri Handphone Untuk Keperluan Belajar Daring Anak

Pembelajaran daring sebagai akibat pandemi COVID-19 banyak dikeluhkan oleh orang tua murid. Selain kendala jaringan internet, keluhan itu juga terkait terbatasnya fasilitas gadget sebagai media untuk mengakses pembelajaran daring.

Tak terkecuali A (41), warga Garut yang terpaksa mencuri handphone untuk keperluan belajar anaknya yang saat ini duduk di kelas VII di salah satu madrasah tsanawiyah.

Dilansir dari laman kejari-garut.go.id, A mengakui bahwa perbuatan tersebut merupakan kesalahan. Hal itu ia lakukan demi kelancaran belajar anaknya.

“Saya sadar kalau itu salah, salah besar. Tapi memang sebelumnya anak saya minta HP untuk belajar. Karena ga punya HP untuk belajar daring selama pandemi COVID-19, anak saya ketinggalan pelajaran,” ujar A.

Pada awal masa pembelajaran, anaknya tidak bisa mengikuti pelajaran daring karena tidak memiliki HP.

“Jangankan untuk beli HP, untuk makan saja susah,” ungkapnya.

Sehari-hari, A mengaku bekerja sebagai buruh tani. Ia memiliki tiga anak. Anak pertamanya laki-laki. Putus sekolah setelah selesai sekolah dasar dan kini bekerja di tempat pencucian mobil. Anak keduanya perempuan, kini duduk di kelas VII. Anak ketiganya masih berusia 4 tahun.

A menyebut bahwa penghasilannya kalau menjadi buruh tani sekitar Rp 50 ribu per hari. Istrinya tidak bekerja karena sakit asma. Ia bersama keluarganya tinggal di rumah panggung yang berukuran 4×6 meter.

Ia menjelaskan bahwa apa yang telah dilakukannya menjadi catatan besar baginya. A pun mengaku sudah meminta maaf secara langsung kepada pemiliknya atas apa yang sudah diperbuatnya.

Keinginan A untuk memberikan HP kepada anaknya akhirnya terwujud. Kajari Garut, Sugeng Hariadi melalui Kasi Pidum Kejari Garut, Dapot Dariarma langsung memberikan bantuan HP bagi anaknya A setelah membaca berita terkait kejadian tersebut.

Dapot Dariarma mengatakan bahwa apa yang dilakukan pihaknya sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan. “Kita bantu karena memang tergolong keluarga tidak mampu. Jangankan HP, seragam juga ternyata belum punya. Bahkan tas, sepatu juga buku juga belum punya,” ujarnya.

Bantuan HP yang diberikan sendiri, disebut Dapot sepaket dengan nomor dan kuotanya, sehingga saat belajar bisa langsung digunakan untuk mengikuti pembelajaran daring.

“Awalnya memang sempat kaget saat kita datang kesana. Ibunya bahkan sempat menangis. A pun bahkan sempat takut. Tapi setelah kita jelaskan, akhirnya paham. Yang kita pikirkan adalah bagaimana caranya anaknya ini tidak ketinggalan pelajaran,” ungkapnya.

Selain memberikan bantuan, Dapot menyebut bahwa dirinya pun memberikan pengarahan agar A tidak kembali melakukan hal serupa. Menurutnya banyak jalan yang bisa ditempuh, pilihannya hal yang positif dan negatif.

“Saya minta agar A tidak kembali melakukan hal tersebut, sesulit apapun kondisinya. Ada hal baik yang bisa dilakukan. Namun diluar itu juga kita minta anaknya A yang sekolah ini serius dalam belajar, meski kondisi keluarganya sekarang masih seperti ini,” katanya.

Kedepannya, Dapot mengaku bahwa bantuan bagi keluarga A tidak hanya HP saja. Sembako, seragam, sepatu, buku dan kelengkapan lainnya pun akan diberikan untuk meringankan bebannya.

“Karena memang kondisinya memprihatinkan, sudah sewajarnya kita memberikan bantuan,” tutupnya. (*)

Peneliti, Penulis, Penikmat Bola

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,264

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *