Global ReviewInternasional

Kekerasan atas Nama Agama Makin Meningkat dalam Pemilihan Daerah di Benggala Barat India

Di Benggala Barat, sebuah negara bagian di India timur,  kampanye pemilihan daerah saat ini ditandai dengan kekerasan dan polarisasi agama. Wilayah ini berpenduduk 120 juta jiwa dengan Calcutta sebagai ibukotanya. Sayangnya dalam pemilihan daerah ini ada peristiwa tragis.

Suara tembakan bergema di depan TPS 126. Petugas polisi dari korps federal Pasukan Keamanan Industri Pusat (CISF), yang diharapkan dapat memastikan kelancaran pemungutan suara, terlibat dalam membunuh empat orang.

Menurut polisi dan Partai Bharatyia Janta (BJP, nasionalis Hindu yang berkuasa di New Dehi), seorang remaja jatuh pingsan lalu para agen polisi membantunya, tetapi kemudian massa menuduh polisi telah membunuhnya dan menyerang mereka.

Polisi pun membalas dan membunuh orang-orang ini untuk membela diri. Namun Partai Kongres Trinamool (TMC), yang dipimpin oleh mantan menteri kepala pemerintah daerah Mamata Banerjee, mengatakan polisi memukuli remaja itu dan ketika penduduk setempat bereaksi, petugas kepolisian malah menembak.

Distrik ini terdiri dari 80% Muslim. Keempat korban tembakan polisi itu juga muslim. TMC menuduh petugas polisi yang berada di bawah kepemimpinan pemerintah federal dan BJP nasionalis Hindu sebagai telah melakukan pembunuhan. 

Pemungutan suara regional ini sangat penting bagi partai nasionalis Hindu Narendra Modi. Partai Modi mendominasi mayoritas negara bagian dan negara federal. Hal ini memberikannya kekuasaan hampir penuh yang  tidak pernah dialami di dalam sejarah India modern.

Tapi Benggala Barat mewakili, seperti desa Gallic, kantong oposisi di utara negara India. Modi dengan segala cara mencoba untuk menjatuhkan Mamata Banerjee yang dianggap paling kritis terhadap pemerintahan nasionalis Hindu. Sebab, hasil dari pertempuran  ini dapat menentukan masa depan oposisi politik di India. 

Mamata Banerjee mewakili sayap muslim sedangkan Modi mewakili sayap Hindu. Bentrokan antara kedua kubu telah mengganggu kampanye selama berbulan-bulan.

Bentrokan ini pun mendorong Komite Pemilihan untuk melakukan pemungutan suara selama delapan hari yang berbeda antara 27 Maret dan 29 April, hingga hasilnya diumumkan pada 2 Mei, agar dapat mengerahkan cukup penjaga keamanan di depan setiap TPS. Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat pencegahan seperti itu hanya dilakukan di negara bagian Jammu dan Kashmir. Beberapa kelompok kemerdekaan bersenjata melakukan serangan terhadap kepentingan India.    

Ancaman Partai Nasionalis Hindu terhadap Komunitas Muslim

Bagi sebagian orang, insiden pembunuhan remaja di distrik tersebut telah mengubah wajah kampanye. Mereka mempertanyakan netralitas komisi pemilihan dan pasukan keamanan federal. ”

Kekerasan politik di Bengala Barat biasanya terjadi antara pendukung, atau antara pendukung dan polisi, ” kata Sanjeeb Mukherjee, peneliti ilmu politik di Calcutta. Tapi itu tampaknya tidak terjadi dalam kasus ini dan yang terpenting, polisi menembak tanpa peringatan, setinggi dada. Itu tindakan barbar! “.

Ini terjadi pada kasus yang lainnya pada momen penting kampanye. Beberapa distrik yang dimenangkan oleh TMC mendapat ancaman dari partai Hindu yang berkuasa.

Dan BJP  sebagai partai Hindu radikal ini menggunakan kematian para Muslim ini untuk mengirim pesan bahwa “Insiden lain seperti yang terjadi Sitalkuchi, tempat seorang remaja dan empat orang muslim lainnya dibunuh akan terjadi,” ujar Dilip Ghosh, kepala BJP di Benggala Barat, keesokan harinya. Ini baru permulaan, dan jika ada yang mencoba melawan hukum, kami akan mengulanginya di mana-mana ”, ujarnya.

Pemimpin Partai Nasionalis Hindu lainnya, Rahul Sinha, berpendapat bahwa polisi ” seharusnya membunuh delapan orang, bukan empat “. Ancaman semacam itu dapat membuat Muslim, yang sebagian besar menentang BJP, untuk tidak keluar dan memilih, karena takut akan nyawa mereka. Komisi pemilihan, bagaimanapun, memberikan sanksi kepada dua petugas polisi atas komentar mereka, dan melarang mereka berkampanye selama 24 dan 48 jam masing-masing.   

Kekerasan mungkin berlanjut setelah pemilu. Sejarah memang mencatat bahwa agama yang digunakan untuk kepentingan politik akan memecah belah. Dan India merupakan salah satu negara yang menggunakan isu agama sebagai tameng utama untuk kepentingan politik.

Sumber: RFI

What's your reaction?

Related Posts

1 of 189