Tangerang Selatan –
Pada tanggal 6 November 2023, Prodi Sastra Inggris Universitas Pamulang (UNPAM) menggelar sebuah diskusi yang mengangkat topik menarik tentang pendekatan Pospkolonialisme ala Homi Bhabha dalam kajian sastra. Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah dosen Prodi Sastra Inggris UNPAM yang tertarik untuk menjelajahi sudut pandang baru dalam analisis sastra terkait dengan konteks pascakolonial.
Diskusi tersebut menampilkan Christy Tisnawijaya sebagai pembicara utama. Sebagai seorang pakar dalam bidang sastra, Christy Tisnawijaya memiliki keahlian mendalam dalam menerapkan teori Pospkolonialisme Homi Bhabha dalam analisis sastra. Diskusi ini dipandu oleh Sari Fitria, seorang dosen yang memiliki ketertarikan khusus terhadap pendekatan Pospkolonialisme dalam kajian sastra.
Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Ketua Prodi Sastra Inggris UNPAM, Tryana, S.S., M.A. Dalam sambutannya, Tryana menegaskan pentingnya memperkenalkan berbagai pendekatan teoritis kepada para dosen sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan. Ia juga menekankan bahwa Pospkolonialisme Homi Bhabha merupakan salah satu paradigma penting yang mampu memberikan sudut pandang yang berbeda dalam menganalisis sastra terkait dengan konteks kolonialisme dan pascakolonialisme.
Christy Tisnawijaya memulai diskusi dengan paparannya yang mendalam mengenai konsep dan aplikasi Pospkolonialisme dalam kajian sastra. Ia mengilustrasikan bagaimana teori Homi Bhabha menyoroti pentingnya memahami konstruksi identitas, kekuasaan, dan representasi dalam konteks pascakolonial. Dalam analisisnya, Christy mempertajam pemahaman peserta mengenai bagaimana sastra bukan hanya sebagai bentuk karya seni, tetapi juga sebagai cerminan yang memengaruhi pembentukan identitas dan kekuasaan.
Diskusi semakin menarik dengan adanya penguraian terhadap konsep “third space” (ruang ketiga) oleh Homi Bhabha. Christy menjelaskan bagaimana konsep ini menawarkan pemahaman baru terkait identitas yang selalu dalam proses dan tidak terbatas pada satu kategori tunggal. Ia mengaitkan konsep ini dengan studi kasus dari berbagai karya sastra yang memperlihatkan dinamika identitas pascakolonial.
Peran Sari Fitria sebagai moderator sangat membantu dalam mempertajam poin-poin penting yang dibahas oleh Christy. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang cerdas, Sari mendorong diskusi agar lebih fokus pada aplikasi teori tersebut dalam konteks sastra.
Diskusi ini juga memberikan ruang bagi para peserta, terutama dosen Prodi Sastra Inggris UNPAM, untuk berbagi pandangan dan pengalaman terkait dengan penerapan teori Pospkolonialisme Homi Bhabha dalam penelitian dan pengajaran mereka. Hal ini memperkaya diskusi dengan beragam sudut pandang dan pemahaman yang luas.
Dengan penuh semangat, diskusi ini berakhir setelah dua jam. Para peserta, terutama para dosen, merasa terinspirasi dan lebih siap untuk menjelajahi lebih dalam aplikasi teori Pospkolonialisme dalam kajian Sastra. Diskusi ini dianggap sebagai langkah awal yang penting dalam memperkenalkan sudut pandang baru yang dapat membuka wawasan dalam pengembangan ilmu Sastra.
Diskusi mengenai Pospkolonialisme Homi Bhabha dalam kajian Sastra ini membuktikan bahwa Prodi Sastra Inggris UNPAM tetap berkomitmen untuk memberikan ruang diskusi akademik yang memperkaya pengetahuan dan membuka peluang eksplorasi berbagai paradigma teoritis bagi para dosen dan mahasiswa. Keberhasilan diskusi ini juga membuka pintu bagi acara serupa di masa depan, yang diharapkan akan terus memberikan sumbangan berharga dalam pengembangan ilmu Sastra.