Ekonomi

Keberadaan Tengkulak Pengaruhi Tercapainya Serapan Gabah oleh Bulog

Kliksaja.co – Keberadaan tengkulak (bakul, red) menjadi satu di antara faktor tercapainya serapan gabah petani oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre Kabupaten Cianjur. Hal itu diungkapkan Kepala Bulog Subdivre Kabupaten Cianjur, Drajat Sudrajat, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (18/11/2016).

Drajat menyebutkan, tengkulak merupakan pelaku ekonomi terdekat dengan petani, pemberian modal kepada petani membuat hasil panen terikat untuk dijual kepada tengkulak.

“Kami sudah sering mencoba untuk langsung menyerap gabah dari petani, namun cukup sulit. Keberadaan tengkulak dinilai dapat memfasilitasi penyerapan, disamping adanya mitra sebagai kepanjangan tangan Bulog kepada tengkulak dan petani,” jelas Drajat.

Drajat menuturkan, nilai gabah yang dipatok kepada tengkulak juga tidak jauh dari angka yang ditetapkan oleh Bulog, yakni Rp3.000 sampai Rp3.500 per kilogram (kg) untuk gabah kering panen, dan Rp4.200 untuk gabah kering giling.

“Bulog sendiri, membayar gabah senilai Rp3.600 untuk gabah kering panen dan Rp4.500 untuk gabah kering giling. Angkanya tidak jauh, jadi sebenarnya tidak ada pihak yang terlalu dirugikan,” tuturnya.

Selain itu, adanya harga gabah anjlok, Drajat mengatakan, merupakan gabah yang dijual dari para pengumpul gabah kering sisa panen (babon, red). Karena didapat dari sisa panen, nilai gabah yang dijual bisa berkisar Rp3.500 per kg untuk gabah kering giling.

“Selama ini yang sering dipermasalahkan adalah anjloknya harga gabah. Padahal yang dipersoalkan tersebut, merupakan harga gabah yang dijual oleh para babon. Namanya juga gabah sisa, ya dijual berapa pun asal jadi uang saja buat mereka (babon, red),” katanya.

Untuk Nopember ini, ujar Drajat, serapan gabah dari para petani mengalami surplus, bahkan jumlahnya mencapai dua kali lipat dari tahun lalu (2015).

“Jika sebelumnya target hanya 24 ribu ton, sekarang sudah tercapai 56 ribu ton. Bahkan, hingga akhir tahun targetnya mencapai 68 ribu ton.

Pertambahan itu, lanjut Drajat, dilakukan untuk mengimbangi kebutuhan beras untuk keluarga sejahtera (rastra) di Kabupaten Cianjur. Pasalnya, selama ini kebutuhan beras Cianjur diperoleh dari tambahan beras dari kawasan Indramayu dan kota lain di Pantura.

“Kebutuhan rastra sebanyak 115 ribu ton, jika sekarang terpenuhi sampai 54 ribu atau 68 ribu ton. Tentu serapan dari kota lain bisa dikurangi. Bahkan kami berharap, ke depan bisa seimbang dengan kebutuhan, di angka 115 ribu ton,” ujarnya.

Terpenuhinya kebutuhan itu, menurut Drajat, juga dilakukan supaya kualitas beras bagi penerima ratra tetap terjaga, sebab sirkulasinya lebih cepat dari awal masuk gudang hingga didistribusikan kembali ke masyarakat.

“Semakin cepat distribusi beras, maka akan semakin bagus kualitas beras yang beredar di masyarakat. Hal ini yang kami inginkan,” ucapnya. (gap)

Related Posts

1 of 351