HiburanInfo KlikersStory Teller

Sambo Dan Demam Lato-lato

Ilustrasi Lato-lato

Jalan panjang sidang kasus pembunuhanan menguras energi dan pikiran segenap rakyat di seluruh Indonesia. Berbulan-bulan jadi tayangan utama, dan beragam meme diciptakan sesaki beranda sosial media. Sebuah kematian yang katanya terjadi demi ‘cinta dan harga diri’, berujung vonis hukuman mati. Sambo-tertunduk layu menahan kelu, jika terealisasi sang Puteri bakal sendiri ditinggal pergi kekasih hati.

 

Bapak-bapak sedikit dapat bernafas lega, tak lagi khawatir sang istri lupa menanak nasi, dan tak perlu lagi mampir ke apotik membeli obat penurun tensi. Maklumlah, kasus Sambo ini tak jarang membuat kaum hawa darah tinggi, karena gemes bercampur emosi saat di depan layar tv. “Modyar!!” teriak Bu Minah (bukan nama asli) tetangga sebelah, seolah meluapkan ekspresi atas kesaksiannya sepanjang mengikuti jalannya persidangan di depan layar kaca.

 

Para ahlul gibah wal jamaah mulai mendapati bahan untuk bercakap sudut angkringan, warung sayur, pos ronda, bahkan di teras mushola. Setiap sudut mulai ter-Sambo-sambo usai beberapa pekan tenggelam menunggu jadwal sidang putusan. Sambo menjadi trending topic yang epic full dramatik di setiap kampung. Hanya sebatas membahas soal vonis yang sempat menghadirkan rasa penasaran dan menjadi bahan tebak-tebakan.

 

Vonis mati yang dijatuhkan tampak meruntuhkan teori konspirasi yang pernah disampaikan Junaidi, sosok owner angkringan pojok lapangan. Lelaki setengah baya yang pernah memprediksi bahwa Sambo ini hanya akan divonis 20 tahun penjara saja dengan berbagai macam wacana logis spekulatif subyektif. Runtuhnya teori dan pandangan itu, kemudian menjadikannya memilih kembali fokus menjajakan nasi kucing, teh hangat, dan mendoan dengan tetap mempertahankan harga dan kualitasnya.

 

Runtuh predikat Junaidi sebagai salah seorang pengamat tingkat RT dalam sidang pembunuhan yang menyeret sosok nama jendral bintang dua. Ia sedikit heran dengan vonis yang dijatuhkan, mengingat selama ini ia sering tepat saat menebak angka. Kiprahnya di Hongkong, Macau, dan Singapore, tidak seburuk saat menebak vonis Sambo. Macam orang menggunakan feeling saat bermain slot, jelas sebagian besar akan meleset. Terlepas dari itu, masyarakat sepertinya puas dan lega atas putusan hakim Wahyu Iman Santosa.   

 

 

Risaunya Para Ahlul Gibah

Baru sebentar pikiran tenang, masyarakat berbahagia atas hadirnya rasa keadilan. Sebagai awam, hal demikian kadang dianggap sebagai puncak atas keseluruhan proses dalam sistem peradilan. Masyarakat memang sedikit melupa, karena faktanya masih banyak “peluang” vonis itu berubah. Selain kesempatan banding atas vonis yang dijatuhkan, viralnya video kiacuan sosok praktisi hukum, Hotman Paris Hutapea seolah menghadirkan kesadaran akan banyaknya kemungkinan.

 

Hotman dalam video yang beredar, tampak mengomentari KUH Pidana baru yang berkaitan dengan vonis mati di pasal 100. Menurutnya dalam mebaca pasal itu, seorang terdakwa harus dikasih kesempatan selama 10 tahun untuk berubah, apakah ia berkelakuan baik atau tidak. Hal seolah memicu kembali ketegangan para ahlul gibah untuk kembali merapatkan barisan di angkringan. Kembali membuka ruang diskusi untuk membicarakan ‘prediksi’ atas langkah dan wacana ke depan terkait dengan kasus yang menjerat Sambo ini.

 

Berbagai kemungkinan masih bisa terjadi, apakah hukuman akan dikurangi atau tetap akan dihukum mati. Meski menurut Hotman, hukuman mati itu dapat batal di kemudian hari oleh karena adanya surat keterangan kelakuan baik. Angin segar didapati Junaidi si owner angkringan, yang sempat berputus asa karena salah memprediksi. Kembali ia meyakini narasi dari sebuah teori konspirasinya yang dicetuskannya. Hal ini menjadi peluang baginya untuk kembali mendapati predikatnya sebagai pengamat yang ciamik untuk para pelanggan angkringan.

 

Berbeda dengan Suti (nama samaran), salah seorang tetangga sebelah yang justru terfokus pada setiap isu yang digulirkan. Kerisauan atas perjalan di masa mendatang terkait berubah-tidaknya vonis hukuman membuat Suti lupa diri. Pikirannya seolah terbias oleh isu global yang tengah terjadi, hingga keliru saat hendak membeli beras Suti malah pulang membawa seikat sawi. Padahal selama perjalanan ia tampak bergumam mengingat arah tujuannya, “beras sekilo… beras sekilo… beras sekilo….” layaknya orang yang tengah merapal mantra di sepanjang jalan.

  •  

Lato-lato Tetap Jadi Idaman

Perjalanan panjang sidang kasus pembunuhan brigadir J sampai pada jatuhnya vonis, nyatanya tidak merubah demam lato-lato yang merebak. Lato-lato masih tetap jadi idaman masyarakat segala lapisan, mengiring berbagai wacana dan perbincangan. Kian semangat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa memainkannya, mengusik buruh pabrik yang tengah menikmati tidur siangnya usai mendapati jadwal shift malam. 

 

Ketegangan memang seolah linier dengan kegaduhan. Semakin tegang dan kencang, semakin kuat pula suara desahan hingga teriakan. Tak peduli jika yang lain harus terusik, semakin berisik tampaknya suasana kian asik. Serupa dengan orang yang tengah bermain lato-lato, yang harus menciptakan ketegangan tali. Untuk menghadirkan bunyi kedua bola harus diayun bersamaan untuk saling dibenturkan.

 

Memang syarat utama untuk menghadirkan kegaduhan (baca: bunyi), seorang pemain lato-lato harus mempertahankan ketegangan tali. Keberhasilannya membenturkan dua bola, menjadikannya merasa puas dan seolah telah berhasil menguasai lato-lato yang dimiliki. Saat yang lain terusik berisik, ia malah justru bahagia tertawa asik atas keberhasilan dan pencapaian.  

 

Sempat terbayang, atau mungkin telah terjadi jika kemudian sembilan atau sepuluh orang bermain lato-lato secara bersamaan. Betapa bisingnya lingkungan, tidak hanya dari benturan lato-lato saja, melainkan juga tertawa lepas para pemainnya. Betapa terusiknya para buruh yang sedang tertidur di siang hari, atau orang-orang yang sedang duduk sembari menikmati kopi.

 

Hal sebaliknya terjadi, saat pemain lato-lato tak sanggup menciptakan ketegangan. Perasaan kecewa dan cemas akan melingkupi. Resah menyaksikan kedua bola enggan saling berbenturan, sehingga tiada bunyi dan aroma kegaduhan. Para karyawan pabrikpun akan merasa nyaman, terlelap menikmati istirahat siang dengan suasana lingkungan yang tenang. Tidur lelap melepas letih dan penat, kemudian bersiap di sore hari untuk masuk bekerja dan tetap produktif.

 

Setahun ke depan, mungkin demam lato-lato akan tetap dipertahankan dan terus dimainkan. Ketegangan-tali diciptakan demi menghadirkan benturan dan kegaduhan. Mengabaikannya, menjadi sebuah pilihan ketimbang fokus pada setiap kegaduhan yang dihadirkan. Membiasakan diri dengan menganggap ketegangan, benturan, dan kegaduhan itu sebagai hal biasa. Agar tawa yang terdengar dari para pemainnya terasa hambar dan semu.

 

What's your reaction?

Related Posts

1 of 808

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *