Opini

Sosiolinguistik vs Linguistik: Apa yang Membedakannya?

Oleh Rossy Halimatun Rosyidah (Pemerhati Bahasa, Dosen UNPAM)

Definisi sosiolinguistik sering kali membingungkan, dan hal ini bukan tanpa alasan mengingat cakupannya yang cukup luas. Jika linguistik sebagai bidang keilmuan biasanya memiliki batasan dan pokok bahasan yang relatif konsisten, sosiolinguistik menghadirkan keragaman yang jauh lebih kompleks dan dinamis. Praktik penelitian dalam sosiolinguistik bisa sangat bervariasi, mencakup pendekatan yang beragam dari metode kualitatif hingga kuantitatif, dan ini mencerminkan beragam perspektif tentang bagaimana bahasa berinteraksi dengan masyarakat.

Sebagai contoh, dalam linguistik, kita sering berfokus pada struktur bahasa itu sendiri—bagaimana fonologi, sintaksis, dan morfologi bekerja dalam sebuah sistem. Sebaliknya, sosiolinguistik melangkah lebih jauh dengan menyelidiki bagaimana bahasa berfungsi dalam konteks sosial, dan bagaimana perubahan bahasa dapat mencerminkan atau mempengaruhi perubahan sosial. Sosiolinguistik memeriksa variasi bahasa berdasarkan faktor-faktor seperti kelas sosial, etnisitas, dan gender, serta bagaimana bahasa digunakan untuk membangun identitas dan hubungan dalam berbagai komunitas.

Lebih dari itu, sosiolinguistik tidak hanya tertarik pada bagaimana bahasa digunakan, tetapi juga pada implikasi sosial dari penggunaan bahasa tersebut. Hal demikian mencakup studi tentang kebijakan bahasa, perencanaan bahasa, dan upaya untuk mengatasi ketidakadilan sosial terkait bahasa. Dengan kata lain, sosiolinguistik berfungsi sebagai jembatan antara teori bahasa dan praktik sosial, sebuah disiplin yang sangat berhubungan erat dengan ilmu sosial dan teori kritis.

Karena itu, memahami sosiolinguistik memerlukan lebih dari sekadar mempelajari bahasa; kita juga harus memahami bagaimana bahasa beroperasi dalam berbagai konteks sosial dan bagaimana bahasa dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh dinamika sosial yang lebih luas. Sosiolinguistik adalah ilmu yang terus berkembang, dengan para peneliti yang secara aktif memperluas cakupannya untuk mencakup isu-isu yang relevan dan mendesak di masyarakat modern.

Baca juga :   Linguistik Kontrastif: Mengurai Relasi Bahasa-Bahasa dalam Pengajaran dan Penerjemahan

Bermula dari Linguistik

Dalam konteks linguistik, bahasa sering kali dipandang sebagai sistem yang relatif homogen. Linguistik fokus pada bagaimana bahasa berfungsi dan menggambarkan struktur serta aturan yang mengaturnya. Sosiolinguistik, di sisi lain, mempertanyakan mengapa bahasa beroperasi dengan cara tertentu, yang membutuhkan pengetahuan dan pendekatan di luar lingkup linguistik murni (Berruto, 2006). Sosiolinguistik mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan budaya, memandang bahasa sebagai objek yang heterogen. Bahasa tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi tetapi juga memainkan peran penting dalam membangun identitas, memediasi hubungan sosial, dan memungkinkan sosialisasi. Dalam pandangan ini, bahasa adalah objek yang kompleks dan memerlukan deskripsi yang terkait dengan konteks sosialnya (Labov, 1972).

Awalnya, sosiolinguistik dikategorikan sebagai cabang linguistik eksternal yang meneliti interaksi antara teori linguistik dan konsep sosiologis bahasa. Namun, seiring berjalannya waktu, sosiolinguistik berkembang menjadi disiplin ilmu otonom yang berdiri sendiri, dengan objek studi yang berbeda dari linguistik. Meskipun kedua bidang menggunakan istilah “bahasa”, dalam linguistik bahasa dipahami sebagai sistem yang ada sebelum penggunaannya. Sebaliknya, dalam sosiolinguistik, bahasa dianggap sebagai sesuatu yang secara inheren heterogen dan sosial.

Keunikan sosiolinguistik juga terlihat dari keragaman subbidangnya. Terminologi dalam sosiolinguistik mencakup berbagai area seperti sosiolinguistik kontak, sosiolinguistik multilingualisme, sosiolinguistik pendidikan, dan sosiolinguistik kebijakan bahasa. Selain itu, pendekatan sosiolinguistik melibatkan berbagai teori sosial, termasuk sosiolinguistik variasionis, sosiolinguistik interaksional (Gumperz, 1989), sosiolinguistik Occitanist (Gardy, 1989), sosiolinguistik perkotaan (Bulot, 2004), dan sosiolinguistik kritis (Heller, 2007). Keragaman pendekatan ini menyoroti betapa luasnya kajian bahasa dalam konteks sosial dan bagaimana setiap pendekatan menawarkan perspektif yang berbeda tentang hubungan antara bahasa dan masyarakat.

Baca juga :   Linguistik Kontrastif: Mengurai Relasi Bahasa-Bahasa dalam Pengajaran dan Penerjemahan

Sosiolinguistik, dengan segala kompleksitas dan keragamannya, mencerminkan kedalaman kajian bahasa dalam konteks sosialnya. Dengan memeriksa bahasa melalui lensa sosial, sosiolinguistik memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana bahasa membentuk dan dibentuk oleh masyarakat.

Definisi sosiolinguistik sering kali dirangkum sebagai studi mengenai kovariansi antara bahasa dan masyarakat, berusaha menjelaskan hubungan dialektis antara perubahan linguistik dan transformasi sosial. Meskipun definisi ini merupakan titik awal yang penting, ia masih belum menggambarkan sepenuhnya esensi sosiolinguistik. Esensi sosiolinguistik terletak pada keterikatannya dengan ilmu sosial serta orientasinya terhadap penyediaan informasi kebijakan bahasa dan perencanaan intervensi yang ditujukan untuk keadilan sosial (Tollefson, 2013).

Pertanyaan utama dalam sosiolinguistik bukan hanya tentang apa yang memicu perubahan linguistik, tetapi lebih kepada memahami implikasi sosial yang menyertainya. Definisi sosiolinguistik yang ringkas sering kali berfokus pada analisis hubungan antara bahasa dan masyarakat tanpa mempertimbangkan bagaimana perubahan linguistik berdampak pada struktur sosial dan dinamika kekuasaan.

Dalam konteks ini, sosiolinguistik berupaya untuk lebih dari sekadar deskripsi; ia terlibat dalam perencanaan bahasa dan kebijakan yang dapat mengatasi ketidakadilan sosial yang terkait dengan penggunaan, akses, dan ideologi bahasa di berbagai komunitas (Tollefson, 2013). Pendekatan ini menempatkan sosiolinguistik dalam ranah ilmu sosial dan teori kritis, sementara tetap berakar pada fondasi linguistiknya.

Baca juga :   Linguistik Kontrastif: Mengurai Relasi Bahasa-Bahasa dalam Pengajaran dan Penerjemahan

Bahasa dari Perspektif Sosiolinguistik

Sosiolinguistik menawarkan pandangan yang berbeda tentang bahasa dibandingkan dengan tradisi linguistik struktural yang mengonseptualisasikan bahasa sebagai sistem homogen. Dari perspektif sosiolinguistik, bahasa tidak dapat direduksi menjadi satu variasi “yang benar” atau hanya dimensi ilmiahnya (Blanchet, 1998). Sebaliknya, sosiolinguistik mendefinisikan bahasa sebagai jaringan minimal yang terdiri dari berbagai variasi linguistik yang dibangun oleh kelompok penutur. Variasi ini saling terkait berdasarkan tingkat pemahaman bersama yang dirasakan.

Dari sudut pandang sosiolinguistik, individu dan kelompok secara aktif memutuskan untuk menekankan dimensi kesamaan di antara berbagai ragam bahasa melalui berbagai proses sosial. Hal ini memungkinkan mereka membangun pemahaman timbal balik yang cukup untuk memfasilitasi wacana metalinguistik dan menciptakan rasa kesatuan yang menyeluruh. Proses ini dikenal sebagai nominasi bahasa, yang pada gilirannya membatasi konstruksi identitas alternatif. Dengan kata lain, bahasa dipandang sebagai lebih dari sekadar praktik linguistik; ia merupakan praktik diskursif yang mencerminkan cara praktis tersebut dipahami dan digunakan dalam konteks sosial (Bulot, 2004).

Oleh karena itu, dalam kerangka sosiolinguistik, bahasa merupakan objek yang kompleks dan dinamis, melibatkan interaksi antara praktik linguistik dan praktik diskursif yang membentuknya. Ini menekankan perlunya alat deskriptif dan interpretatif yang dapat memperhatikan kedua tingkatan tersebut untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana bahasa berfungsi dalam masyarakat dan bagaimana ia membentuk serta dibentuk oleh dinamika sosial.

Related Posts

1 of 154

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *