Opini

Marhaban Ya “Tamu Agung” Ramadhan

Oleh : Fuad Mahbub Siraj (Pengajar Universitas Paramadina)

Ada dua istilah yang digunakan oleh orang Arab dalam menyambut tamu. Istilah yang pertama adalah ahlan wa sahlan. Ahlan artinya keluarga dan sahlan artinya mudah. Ahlan wa sahlan bermakna bahwa dalam menyambut tamu kita sambut dengan mudah bagaikan yang datang itu keluarga dekat.

Istilah kedua yang digunakan oleh orang Arab dalam menyambut tamu adalah marhaban yang berasal dari kata rahbun yang berarti lapang dada dan kegembiraan.. Istilah ini khusus digunakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Marhaban ya Ramadhan bermakna kita sambut tamu dengan penuh lapang dada dan kegembiraan bagaimakan yang datang itu tamu agung dan jika tamu agung yang datang maka seluruh kebutuhannya kita usahakan untuk dipenuhi.

Musafir dan Jendral

Pentingnya bulan Ramadhan sebagai tamu agung dapat kita lihat pada cerita antara seorang Jenderal besar Umayyah dengan seorang musafir.

Suatu ketika sang Jenderal meminta ajudannya untuk mencari seorang musafir untuk diajaknya makan bersama. Ketika sang musafir didapat kemudian di ajak ke rumah sang Jenderal. Saat Jenderal tersebut mengajaknya untuk makan bersama, sang musafir menjawab bahwa dirinya sedang berpuasa dan memohon maaf untuk tidak bisa memenuhi undangan makan bersama sang Jenderal.

Baca juga :   Sambut Bulan Suci Ramadhan, ICMI Muda Nunukan Bikin Kajian Bertema Toleransi

Sang Jenderal ini kemudian berkata, “wahai musafir marilah kita makan bersama hari ini, besok saja berpuasa dan makanan ini dibuat oleh juru masak terhebat di negeri ini”.

Sang musafir kemudian menjawab, “Wahai Jenderal apakah engkau bisa menjamin apakah aku bisa hidup hingga esok hari”. Sang musafir itu pun melanjutkan, “makanan yang lezat tidak terletak pada juru masaknya, melainkan terletak pada kesehatan yang diberikan oleh Allah. 

Jika satu gigi saja disakitkan oleh Allah, maka tidak aka nada masakan yang akan terasa lezat meskipun dibuat oleh juru masak terhebat di sebuah negeri”. Mendengar itu maka sang Jenderal pun memahami dan berhenti mengajak musafir tersebut untuk makan bersama. 

Tamu Agung

Bulan Ramadhan sebagai tamu agung tidak akan mengetuk seluruh pintu rumah manusia.

Sang tamu agung ini hanya akan mengetuk pintu orang yang benar-benar berlapang dada dan penuh kegembiraan dalam menyambut tamu agung ini.

Baca juga :   DWP DKI Jakarta Gelar Kajian, Bukber dan Berbagi Bersama Sahabat Difabel di Pesantren Difabel Baznas Bazis DKI Jakarta

Ramadhan juga akan mengetuk pintu rumah orang-orang yang betul-betuk mempersiapkan dirinya untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.

Oleh kerana itu, penting untuk kita betul-betul mempersiapkan diri kita dalam menyambut dan melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. 

Keistimewaan Ramadhan

Terdapat banyak kesitimewaan di dalam bulan Ramadhan. Orang yang beribadah di bulan Ramadhan, maka pahalanya dilipat gandakan oleh Allah lebih besar dari ibadah di luar Ramadhan.

Nabi mengatakan bahwa orang yang berzikir di bulan Ramadhan pahalanya lebih besar dari timbangan langit dan bumi.

Tidur di bulan Ramadhan adalah ibadah, namun bukan tidur dalam makna sedari sahur hingga berbuka diizinkan untuk tidur. Tidur yang ibadah dalam bulan Ramadhan adalah tidur di saat ia letih setelah bekerja seharian.

Allah juga mempersiapkan satu keistimewaan pada 10 terakhir Ramadhan berupa malam Lailatul Qadar.

Pada malam ini Allah memerintahkan para malaikat untuk memilih siapa yang berhak untuk mendapatkan malam lailatul qadar dan ditetapkan takdir yang baik atasnya.

Baca juga :   DWP DKI Jakarta Gelar Kajian, Bukber dan Berbagi Bersama Sahabat Difabel di Pesantren Difabel Baznas Bazis DKI Jakarta

Namun, takdir yang baik yang telah ditetapkan Allah tersebut perlu disesuaikan dengan sunatullah Allah di alam.

Misalnya, Allah telah menetapkan untuknya rezeki yang berlimpah selama setahun ke depan, namun rezeki yang telah ditetapkan tersebut dapat hilang jika tidak diiringi dengan usaha yang maksimal.

Bulan Ramadhan juga disebut sebagai bulan pengampunan dimana Allah akan mengampuni dosa-dosa manusia bagi yang beribadah dengan maksimal selama bulan Ramadhan ini.

Atas dasar itulah kiranya Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa bulan Ramadhan itu ibarat Datuk-nya para bulan dan jika manusia tahu akan begitu banyaknya keistimewaan yang diberikan oleh Allah di bulan Ramadhan, maka mungkin kiranya manusia akan berdoa jika seluruh bulan hendaknya adalah bulan Ramadhan.

Untuk itu marilah kita memaksimalkan bulan tamadhan tahun ini, karena belum tentu kita akan berjumpa dengan Ramadhan tahun depan.

Nabi juga mengatakan, Ramadhan datang dan Ramadhan pergi, namun masih ada dosa seseorang yang berlum diampuni oleh Allah dan semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang tersebut.

Presiden Klikers Indonesia, Peneliti, penulis, pembelajar, ayah dari dua anak

What's your reaction?

Related Posts

1 of 140

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *