Klik NewsPendidikanSosial Budaya

Menaker: Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan di Era Digital

KLIKSAJA.CO – Kualitas sebagian besar pekerja Indonesia masih relatif rendah khususnya bagi kaum perempuan yang berdampak terhadap produktivitas dan daya saing angkatan kerja Indonesia yang masih terbatas.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengatakan pentingnya bekal pendidikan yang tinggi bagi perempuan untuk masuk dan bersaing dalam dunia keja di era digital ini.

“Artinya pendidikan berperan penting sebagai pembuka pintu perempuan untuk mampu berdaya dan berkarya terutama di era digital ini,” kata Menaker saat mengadiri Tasyakuran Puncak Harlah IPPNU dan Kick Off Student Corner di Jakarta, Minggu (06/03/2022).

Lebih lanjut Ida menyampaikan harapannya terhadap Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) agar mempunyai erhatian yang sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan dalam memajukan kualitas SDM di era digital.

Saya harap IPPNU sebagai organisasi pelajar putri juga memiliki concern yang sama untuk terus memajukan kualitas SDM di era digital. Ini karena Indonesia masih memiliki tantangan besar di bidang kualitas SDM,” kata Menaker.

Baca juga :   Kemenag Minta Pengawas Madrasah di Era Modern Tidak Hanya Memantau dan Mengawasi

Menaker memaparkan, data BPS per Agustus 2021, sebanyak 55 persen dari penduduk yang bekerja berpendidikan SMP ke bawah (rendah). Sementara itu, dari total 55,5 juta angkatan kerja perempuan, sekitar 16,34 % memiliki pendidikan tinggi. Sedangkan dari total 84,3 juta angkatan kerja laki-laki, hanya 10,81 % yang memiliki pendidikan tinggi.

Menurutnya, bagi kaum perempuan, tantangan terkait pendidikan dan kompetensi yang dihadapi juga lebih besar. Data menunjukkan persentase angkatan kerja perempuan yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah) lebih besar dibandingkan laki-laki, sedangkan untuk angkatan kerja dengan tingkat pendidikan menengah (SMA dan SMK), persentase perempuan justru lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Selain itu, ia juga menyatakan bahwa masyarakat Indonesia masih tertinggal dalam hal daya saing digital. “Ketertinggalan itu mulai dari masih terbatasnya masyarakat dengan skill digital yang mumpuni, hingga masih banyaknya pendidikan yang tidak relevan dengan perkembangan kebutuhan pasar kerja saat ini,” ujarnya.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 3,302

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *