BloggerInfo KlikersSosial Budaya

Menelisik Leluhur Suku Ogan dan Misteri Makam Arya Penangsang

Disusun Oleh : Asyam Shobir Muyassar

Setelah runtuhnya Kedatuan Sriwijaya abad ke-11 Masehi, masyarakat dipinggiran sungai ogan, mendapat pengaruh budaya dari para pendatang.

Di masa Raden Ario Dillah (Sultan Abdullah) berkuasa, diperkirakan perkembangan Islam sangat pesat di Masyarakat Ogan. Keluarga Para Penyebar Islam, kemudian membaur dengan Suku Ogan, dan pada akhirnya menjadi bagian dari Leluhur Suku ini.

Leluhur Suku Ogan disinyalir ada yang berasal dari Lampung, Palembang dan Tanah Jawa, diantara yang tercatat; Keluarga Sanghyang Sakti Nyata. Berdasarkan catatan masyarakat Lampung Pesisir Waylima, dikisahkan beliau memiliki 7 orang anak, yang kemudian menjadi leluhur bagi Suku Ogan, Rejang, Semende, Pasemah, Komering dan Lampung.

Pengikut Penguasa Palembang yang pernah hijrah ke Ogan Ilir, antara lain :
– Pangeran Sido ing Rajek di Desa Saka Tiga (Inderalaya) tahun 1659
– Sultan Mahmud Badaruddin (II) Pangeran Ratu di Desa Tanjung Lubuk tahun 1821
– Sultan Ahmad Najamuddin (IV) Prabu Anom di Hulu Sungai Ogan tahun 1824-1825.


Ada hal unik di Ogan Ilir, yaitu ditemukannya makam Ratu Sahibul atau Pangeran Arya Penangsang di daerah tersebut. Berdasarkan cerita tutur masyarakat Ogan dan Kombering, Arya Penangsang tidak terbunuh di Tanah Jawa, beliau mengungsi ke pulau sumatera, dan makamnya sekarang berada di Indralaya Ogan Ilir.

Arya Penangsang diperkirakan hijrah dari Kadipaten Jipang pada sekitar tahun 1549M. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, ia bersama pengikutnya sampai di Ogan Komering Ulu, beliau sempat menetap cukup lama, anak keturunan Arya Penangsang, banyak berada di wilayah ini.

Perjalanan Arya Penangsang kemudian berlanjut ke Indralaya (Ogan Ilir) Sumatera Selatan, dan di wilayah inilah Arya Penangsang wafat pada tahun 1611M.

(Sumber : Sejarah Desa Gunung Batu Sumatera Selatan, dan Keturunan Arya Jipang ).

Catatan Penambahan :
1. Suku Ogan dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu :
A. Suku Ogan Iliran
Suku ini berdiam di aliran sungai Ogan sebelah ilir, terdiri atas :
a. Suku Pegagan
Diperkirakan jumlah pendukung suku ini sekitar 180.000 jiwa, dengan mata pencaharian utama bertani di sawah dan ladang. Masyarakatnya banyak mendiami daerah Marga Pegagan Ilir Suku I, Marga Pegagan Ilir Suku II, dan Marga Pegagan Ilir Suku III.

b. Suku Penesak
Dari tata bahasanya, suku ini dianggap sebagai orang Melayu Palembang, dan mendapat pengaruh besar dari kebudayaan Palembang. Secara historis, masyarakat suku ini dulunya berasal dari Kraton Palembang. Pendukung suku ini menyebar di Kecamatan Tanjung Batu dan Padaraman serta sebagian Kecamatan Lubuk Keliat.


B. Suku Ogan Uluan
Suku ini berdiam di aliran sungai Ogan sebelah tengah dan ulu, terdiri atas :
a. Suku Rambang Senulingku
Suku ini banyak berdiam di Marga Muara Kuang, Marga Lubuk Keliat, Marga Rantau Alai, Marga Rambang Suku IV, Marga Tembangan Kelekar, Marga Lubai Suku I, Marga Parit, Marga Lembak, Marga Gelumbang,dan Marga Ketamulia.
b. Suku Ogan Hulu
Suku ini mendiami daerah Kecamatan Ulu Ogan, Pengandonan, Baturaja dan Lubuk Batang (Kabupaten OKU) serta Muara Kuang (Kabupaten Ogan Ilir).


Sumber :
– Iliran dan Uluan: Dinamika dan Dikotomi Sejarah Kultural Palembang, tulisan Dedi Irwanto M. Santun, Murni dan Supriyanto
– Kamus Bahasa Ogan
– Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia
– Tinjauan Etnisitas Melayu dan Kajian Ragam Budaya
– Teori Migrasi Manusia, untuk menjawab asal usul Bangsa Melayu?
– Gua Hunian Leluhur Nusantara, dari era Zaman Es, sekitar 14.825 tahun yang lalu?
– [Misteri] Kuil Hatshesut (dari masa 1.470 SM), berkisah tentang Peradaban Purba Nusantara?


2. Di daerah Ogan Ilir, nama Arya Penangsang lebih dikenal dengan nama Sariman Raden Kuning. Di sekitar makam beliau, juga terdapat juga makam puterinya yang bernama Siti Rukiah yang wafat saat masih remaja karena sakit.

Perjalanan hijrah Arya Penangsang, dimulai dari Kadipaten Jipang tahun 1549 M, kemudian singgah di Kerajaan Banten, lalu dilanjutkan menuju Skala Brak (Lampung).
Dari Skala Brak, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tanjung Kemala (Kerajaan Abung di Lampung) dan sempat menetap di desa Tanjung Kemala.

Perjalanan dilanjutkan ke Desa Surabaya Nikan (Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan) dan menetap cukup lama. Dari Surabaya Nikan, beliau kemudian membuat perkampuangan yang dikenal dengan nama Desa Gunung Batu.

Di desa Gunung Batu ini, beliau tinggal cukup lama, anak keturunan Pangeran Aria Penansang, banyak berada di desa ini. Perjalanan beliau berakhir di Indra Laya (Ogan Ilir, Sumatera Selatan) dan di desa inilah beliau wafat pada tahun 1611 M.

(sumber : Ziarah Ke Makam Aria Penangsang).

Peneliti Budaya, Jurnalis, Pengusaha Muda

What's your reaction?

Related Posts

1 of 917

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *