Info KlikersOpini

Wilayah 3T Mengejar Literasi Digital

Oleh : Vita Sari Gumay (Mahasiswa Magister Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara)

Di era saat ini perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi sangatlah pesat. Pemanfaatan teknologi sangat nyata mampu membantu perkembangan berbagai
aspek bidang-bidang dalam kehidupan bermasyarakat baik bidang pendidikan, pertanian, ekonomi dan yang lainnya.

Kehadiran teknologi TIK/Digital dalam dua dekade di Indonesia terus meningkat pesat, bahkan saat ini pemerintah telah membangun jaringan internet dari sabang hingga ke merauke sepanjang 348.442 km, menghadirkan broadband TIK, dan Jaringan 4G di beberapa kota/Kecamatan/Desa.

Sejalan dengan itu, ragam dan spesifikasi TIK terus berkembang dan tumbuh. Menurut APJII penetrasi pengguna internet tahun 2019-2020 sebanyak 196,71 Juta Jiwa yaitu
sebesar 73,7% dari total penduduk indonesia. Pada periode 2021-2022 sebanyak 210,03 juta jiwa yaitu sebesar 77,02% dari total penduduk indonesia.

Jumlah ini meningkat 6,78% dibandingkan pada periode sebelumya. Jumlah pengguna internet yang besar dan terus meningkat ini belum disertai dengan peningkatan kemampuan literasi digital di Indonesia khususnya diwilayah 3T.

Indonesia memiliki daerah perbatasan yang sangat luas, dimana secara geografis Indonesia berbatasan langsung dengan beberapa Negara yang lebih maju. Wilayah-wilayah ini merupakan Kabupaten yang masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Kemampuan literasi digital sangat penting dimiliki oleh semua masyarakat Indonesia termasuk masyarakat wilayah 3T.

Menurut National Institute for Literacy, literasi digital sebagai bentuk kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah pada tingkat permasalahan yang berbeda-beda. Jadi tidak hanya sebatas sebagai kemampuan berbicara, menulis dan membaca saja. Tetapi juga di tingkat pekerjaan, masyarakat dan keluarga pun juga termasuk di dalamnya.

Konsekuensi logis dari perkembangan TIK/ digital akan mendekati ekosistem yang ada dan cenderung terjadi disrupsi, pergeseran dari aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, berpindah ke dunia digital. Digitalisasi memiliki pengaruh yang sangat luas pada lingkungan dan budaya kita. Kemunculan internet saat
ini juga membuat banyak kemudahan bagi masyarakat.

Namun akses internet yang semakin cepat dan terjangkau di seluruh Indonesia juga memiliki kendala khususnya di daerah 3T adalah mereka yang berdomisili di wilayah terdepan, tertinggal, terluar, dan perbatasan Indonesia.

Biaya penggunaan internet di daerah 3T lebih tinggi wilayah nasional dimana kepemilikan perangkat serta penggunaan smartphone dan laptop juga cukup banyak (berdasarkan survei di 34 Provinsi yang Kominfo).

Diwilayah 3T cukup banyak masyarakat yang berpendidikan rendah apalagi peran Ibu sebagai pendamping anak dalam hal literasi. Kemungkinan yang bisa mengakses internet dengan baik diwilayah 3T adalah mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi. Namun pendidikan di wilayah 3T belum menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Sehingga hal ini salah satu akibat rendahnya literasi digital masyarakat tersebut.

Masyarakat pengguna internet tidak hanya mampu mengoperasikannya tetapi juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Kebanyakan masyarakat 3T menggunakan internet sebagai media bertukar pesan melalui sosial media, menonton video dan bermain game.

Hal ini membuat sumber informasi yang didapatkan bukan berasal dari media yang terpercaya. Wilayah 3T yang merupakan daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan negara -negara lain masih sangat memprihatinkan baik dari sisi infrastruktur, sumber daya manusia yang kurang memadai, hal inilah yang menjadi perhatian dari pemerintah.

Salah satu upaya pemerintah dalam membangun daerah perbatasan yaitu membangunan daerah kawasan Perbatasan Lintas Batas Negara, seperti pembangunan diprovinsi Kalimantan Barat yaitu Entikong, Manga Badan, dan Aruk dimana berbatasan langsung dengan Negara Malaysia.

Adopsi teknologi broadband memungkinkan masyarakat wilayah perbatasan untuk berkomunikasi, mengakses, dan memperoleh informasi melalui berbagai layanan
atau aplikasi komunikasi sehingga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat perbatasan (Badran, 2012). Karena itulah pengembangan SDM TIK/Digital berupa peningkatan kompetensi sebagai bagian dari upaya percepatan transformasi digital dalam menyiapkan kebutuhan talenta digital.

Maka sangat diperlukan perhatian kepada masyarakat 3T untuk dilatih dengan mengadopsi berbagai kegiatan yang positif penggunaan internet seperti kemampuan menyerap informasi, kemampuan mengindentifikasi hoax, pelatihan-pelatihan untuk mengingkatkan kemampuan literasi digital dan juga pengembangan produk lokal dalam membangun ekonomi yang berbasis digital, agar masyarakat wilayah 3T bisa berfikir secara kritis untuk menerapkan 4 pilar literasi digital yang digagas oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi diantaranya Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety) dan Etis Bermedia Digital (Digital Ethics).

Oleh karena itu Indonesia khususnya wilayah 3T memiliki peluang yang besar untuk berkembang pesat, khususnya daerah yang berbatasan dengan Negara yang lebih baik ekonominya dan lebih maju daripada Indonesia. Sehingga perlu jadi perhatian wilayah 3T Indonesia dan memanfaatkan peluang dari dampaknya berbatasan dengan negara-negara yang lebih maju tersebut. Penerapan literasi digital membuat masyaraka jauh lebih bijak dalam menggunakan serta mengakses teknologi.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 900

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *