Info KlikersPolitik

Pentingkah Bicara Pilpres 2024?

Oleh : AM Iqbal Parewangi (Ketua Badan Kerjasama Parlemen DPD RI 2014-2019)

Ketika Anies Baswedan dideklarasikan oleh NasDem, Demokrat dan PKS sebagai Calon Presiden 2024, PDIP buru-buru menilai itu terburu-buru. Ada yang menyebut terlalu dini. Well, anggaplah itu betul.

Maka ketika belakangan PDIP deklarasikan Ganjar Pranowo, logika inversinya pun tak terbantahkan : Pilpres 2024 bukan lagi hal yang terlalu dini untuk dibicarakan.

Tidak lagi dianggap terburu-buru untuk dibicarakan. Justru telat jika belum membicarakannya. Tidak cukup 10 bulan lagi, memang.

Yup! Pilpres 2024 penting dibicarakan oleh siapa pun, dimana pun, dan kapan pun. Terutama dalam konteks dari, oleh, dan untuk bangsa dan ummat. Agar tidak elitis, dan tidak cuma jadi domain segelintir elit.

Guru, guru ngaji, maha guru, dan para peletak pondasi intelektualitas generasi penting membicarakan Pilpres 2024. Mengapa? Da’i, ustadz, kyai, ulama, dan segenap penyusun konstruksi spiritualitas generasi penting membicarakan Pilpres 2024.

Baca juga :   ICMI Muda Kaltara Gelar Webinar Sebagai Bentuk Inisiasi Riset Dalam Bidang Pertanian di Kalimantan Utara

Untuk apa? Petani, nelayan, pemilik kedai, dan para pemasok nutrisi generasi penting membicarakan Pilpres 2024. Apa pentingnya? Setiap orangtua, pemuda-pemudi, mahasiswa-mahasiswi, dan generasi millennial penting membicarakan Pilpres 2024 di keluarga masing-masing. Mengapa?

Mengapa, sepenting apa, untuk apa? Deretan pertanyaan substansial itu akan coba kita dedah secara bertahap, seringan dan seringkas mungkin, dengan menghidupkan serangkaian data aktual yang diimbuh fakta-fakta menarik.

Yang perlu diperjelas di catatan pendahuluan ini, bahwa kini sudah ada dua koalisi dengan arah jelas. NasDem, Demokrat dan PKS mengusung Anies Baswedan untuk perubahan. Berubah, menjadi tidak seperti sekarang.

Sementara PDIP, PSI dan Hanura dan PPP mengusung Ganjar Pranowo untuk mempertahankan keadaan agar tetap seperti sekarang.

Tidak berubah. Ada yang menyebutnya ‘the next Jokowi’, malah ada yang sambut sebagai ‘Jokowi periode ke-3’.

Akankah muncul koalisi berikutnya? Pertanyaan itu bukan tak berjawab, mengingat bahwa : demokrasi adalah sepetak ruang ikhtiar.

What's your reaction?

Related Posts

1 of 1,367

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *